PEKANBARU - Kebijakan ekonomi Donald Trump saat menjadi presiden ke-45 Amerika Serikat (AS) yang proteksionisme disebut tak serta merta berdampak buruk ke Indonesia. Kebijakan ekonomi Trump ketika jadi presiden kembali jadi perbincangan, setelah pebisnis AS itu menang Pilpres AS 2024.
Ekonom Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI Teuku Riefky mengatakan, kebijakan ekonomi proteksionisme itu bahkan bisa jadi benefit untuk Tanah Air.
“Secara historis, Trump itu memiliki sifat proteksionis. Namun, hal ini tak serta merta menjadi pertanda buruk untuk Indonesia. Justru Indonesia mungkin bisa benefit, kalau kita bisa mempersiapkan diri,” ucap Riefky dikutip dari Antara, Sabtu (9/11/2024).
Ia melanjutkan, apabila Trump kembali menerapkan kebijakan proteksionisme, maka akan muncul realokasi peta perdagangan global dan investasi. Hal ini karena Trump akan menaikkan tarif impor ke negara mitra dagang AS, khususnya China. Apabila tarif impor naik, maka tentu akan terjadi perubahan haluan mitra dagang.
“Kalau seandainya tarif antara AS dan China naik, AS mengimpornya bukan dari China lagi, tetapi dari Meksiko. Begitu pun dengan China, mungkin tidak mengimpor dari AS lagi, tetapi dari Vietnam atau Eropa. Jadi, ada realokasi dari rantai pasok global,” paparnya.
Sementara, arus investasi juga akan mengikuti arah perdagangan. Apabila tarif antara AS dan China besar, maka bisa merealokasikan investasi ke negara-negara lain yang tarifnya tidak terlalu besar. Hal itu bisa dimanfaatkan oleh Indonesia.
Maka, lanjut Riefky, penting bagi Indonesia untuk memantau perkembangan arah kebijakan ekonomi AS selama Trump menjabat menjadi presiden.