Diayomi Pemdes, Pemuda Kuntu Kembali Adakan Acara Balimau

Diayomi Pemdes, Pemuda Kuntu Kembali Adakan Acara Balimau

Kampar - Balimau merupakan sebuah tradisi untuk menyambut Bulan Ramadhan dalam bentuk mandi menggunakan limau kociak (jeruk kasturi). Tradisi ini bisa kita temui di beberapa daerah yang ada di Riau, Sumatera Barat, dan Bengkulu.

Salah satu daerah yang selama puluhan tahun sudah terkenal dengan tradisi mandi balimau adalah Desa Kuntu. Desa yang terletak kurang lebih 85 km di sebelah selatan Pekanbaru ini termasuk dalam Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar.

Menurut beberapa tetua kampung, tradisi ini pada mulanya hanya dilakukan secara sederhana saja. Namun Seiring berjalannya waktu, prosesi acara ini juga terus mengalami banyak perubahan dari masa ke masa.

Sekarang, dibandingkan dikenal sebagai mandi menggunakan jeruk. Acara Balimau di Kuntu justru lebih identik dengan mandi menyusuri (bailiu) sepanjang lebih kurang 4-5 km Sungai Subayang.

Acara ini sempat terhenti selama dua tahun karena adanya larangan berkumpul pandemi covid-19. Namun tahun lalu, berbekal izin verbal dari Pemdes dan Niniak Mamak (tokoh adat), pemuda dusun Binaan Desa Kuntu kembali menggelar acara Balimau secara sederhana.

Meneruskan semangat tahun lalu, pemuda Kuntu kembali mentaja acara Balimau untuk menyambut Bulan Ramadhan tahun ini. Bedanya, tahun ini panitia tidak hanya mendapatkan izin, tetapi juga bantuan materi dari pemerintahan Desa.

Kepala Desa Kuntu, Asril, menjelaskan bahwa setelah mendengar keinginan para pemuda, pemdes pun bermusyawarah dan meminta izin kepada Niniak mamak dan memberikan dukungan kepada penyelenggara.

Kita tentu support acara ini. Dengan catatan panitia harus bisa mengontrol dan menertibkan jika ada pasangan yang belum muhrim ikut berhilir,” tuturnya.

Panitia pun dengan cepat merealisasikan syarat tersebut. Hal ini setidaknya terlihat dari spanduk-spanduk himbauan Balimau yang juga memuat larangan untuk tidak berkumpul bagi pasangan yang tidak muhrim.

“Nanti bisa kita cek lewat pintu masuk parkir”, jelas Suprianto, ketua panitia, ketika ditanya bagaimana panitia mengetahui orang luar Kuntu yang sudah/belum muhrim.

Kemeriahan Acara Balimau di Kuntu

Salah satu bentuk dukungan pemdes kepada panitia adalah dengan memberikan bantuan dana hadiah untuk perlombaan sampan hias. Peserta yang menjadi juara, masing-masing mendapatkan hadiah sebesar tiga juta (juara 1), dua juta (juara 2), dan satu juta (juara tiga).

Ada lima sampan hias yang diperlombakan yang mewakili lima dusun. Pertama, Dusun Koto Tuo yang mengusung sampan dengan bentuk makam Syekh Burhanuddin. Kedua, Dusun Ps. Usang yang mengusung tema pasukan kuda/unta. Ketiga, Dusun Sp. Empat dengan model kaligrafi bertuliskan lafadz basmalah. Keempat, Dusun Sp. Tigo yang mendekor sampan dengan model Balai Adat Kuntu. Terakhir, Dusun Binaan dengan dekorasi Masjid Baiturrahman yang ada di Dusun Binaan.

Salah satu juri, Abdul Jabar menjelaskan bahwa ada empat aspek yang dinilai oleh tim juri.

“Pertama, tema. Harus bernuansa agama dan budaya. Kedua, seni atau dekorasi, yakni hiasan sampan. Ketiga, kekompakan, yakni kekompakan masing-masing kelompok ketika berhilir. Terakhir, kreativitas dalam pembuatan sampan hias”, rincinya.

Menurut kepala BPD Desa Kuntu tersebut, meskipun tahun ini lebih meriah dari tahun lalu, penyelenggaraan Balimau tahun ini masih belum sepenuhnya terorganisir dengan baik.

“Sebetulnya masih bisa ditingkatkan. Ya, semoga tahun depan acaranya bisa lebih baik dan lebih meriah”, pungkasnya.

Selain perlombaan sampan hias, panitia juga mengadakan dua perlombaan lain, yakni lomba panjat pinang dan lomba Tarik tambang. Kedua lomba tersebut juga mendapatkan antusiasme dari masyarakat, terutama dari kelompok pemuda. (DK)

Berita Lainnya

Index