Warga Tumpah Ruah Kunjungi Arena Pekan Budaya Melayu Serumpun 2025

Warga Tumpah Ruah Kunjungi Arena Pekan Budaya Melayu Serumpun 2025

PEKANBARU (HALOBISNIS) - Arena Pekan Budaya Melayu Serumpun 2025 tumpah ruah dihadiri pengunjung yang ingin menikmati kemeriahan Hari Jadi ke-68 Provinsi Riau, Jalan Sultan Syarif Kasim Pekanbaru, Sabtu (9/8/2025).

Warga dari berbagai penjuru daerah  berdatangan membanjiri lokasi untuk menikmati hiburan rakyat yang kaya sentuhan budaya.

Di antara keramaian itu, permainan tradisional menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Mulai dari rimau, yeye, hingga enggrang, semua tersaji untuk mengajak pengunjung bernostalgia dan mencoba langsung keseruan permainan tempo dulu.

Adinda Salsabila (19), warga Pekanbaru, tampak antusias mencoba permainan enggrang. Permainan tradisional ini menggunakan dua batang kayu panjang dengan pijakan kaki, yang mana pemain harus menjaga keseimbangan sambil melangkah maju.

Meski terlihat sederhana, kata dia, enggrang membutuhkan konsentrasi dan keterampilan. Ia menga senang karena permainan ini mengajarkannya arti kesabaran dan koordinasi tubuh.

"Awalnya agak takut jatuh, tapi ternyata seru banget. Rasanya seperti belajar berjalan dari awal lagi," ungkap Adinda.

Tak hanya permainan, arena pameran sejarah juga ramai dikunjungi. Tampak antrean warga yang ingin melihat langsung Mahkota Sultan Siak. Momen pameran benda pusaka tersebut sangat dinanti-nanti masyarakat, sebab benda-benda Kesultanan Siak baru dipamerkan tahun ini setelah merantau 80 tahun silam.

Banyak pengunjung yang memanfaatkan untuk berfoto di depan kotak kaca berisi mahkota, pin, hingga pedang. Wajah-wajah kagum terlihat jelas saat mereka mendengar penjelasan dari petugas tentang sejarah mahkota yang menjadi simbol kejayaan Kesultanan Siak.

Salah satu yang merasakan momen istimewa itu ialah Teti Herliza (47), wanita kelahiran Siak yang sejak kecil sering mendengar cerita tentang Kesultanan Siak dari orang tuanya itu, begitu berdiri di depan mahkota berlapis emas dan permata tersebut matanya berkaca-kaca. 

"Rasanya seperti balik ke masa lalu. Benda ini bukan hanya perhiasan tapi simbol jati diri dan kejayaan leluhur kami," ucap Teti. 

Teti mengaku, melihat benda pusaka asli secara langsung memberikan pengalaman yang jauh lebih mendalam dibanding hanya mencari melalui internet. Baginya, mahkota, pin, dan pedang itu adalah pengingat bahwa generasi sekarang punya tanggung jawab untuk menjaga warisan budaya. 

"Semoga anak-anak kita nanti masih bisa melihat ini semua dan tahu bahwa Riau punya sejarah besar yang patut dibanggakan," harapnya. 

Kemudian Gilang Fikri (26), pengunjung asal Kuantan Singingi, termangu saat melihat koleksi benda pusaka. Ia menatap lama ke berbagai peninggalan bersejarah.

"Ternyata daerah kita kaya dengan sejarah. Kita bisa membayangkan betapa megahnya Riau di masa kejayaan. Kalau tak ada pameran seperti ini, mungkin saya belum tentu bisa melihat langsung benda-benda bersejarah bumi lancang kuning," ungkapnya. 

Di panggung utama, rangkaian atraksi budaya terus menghidupkan suasana. Penampilan Omok Siak yang memadukan gerak tradisional dengan narasi sejarah membuka acara. Disusul kolaborasi syair dan sastra lisan yang membawa pendengar hanyut dalam cerita-cerita rakyat Melayu.

Alunan musik Gambang Kromong kemudian menambah warna, memadukan kekayaan budaya Betawi dan Melayu. Lalu, panggung semakin semarak saat penari lokal beraksi disusul adanya penampilan pesona wastra Riau.

Sorak-sorai penonton pecah ketika Vina Candrawati naik ke panggung, ia melukis dengan metode pasir secara langsung. Karya Vina yang menggambarkan kehidupan peradaban dan persatuan Riau, membuat penonton terkesima.

Tak kalah memikat, Lady Rara yang dikenal lewat suara khasnya sukses membuat penonton bergoyang. Lampu panggung yang berkelip mengikuti irama lagu menambah kemeriahan malam itu.

Di sela pertunjukan, aroma sedap dari stand kuliner menggoda selera. Puluhan stan makanan menghadirkan hidangan khas Riau seperti Mie Sagu hingga kudapan otak-otak yang dilapisi daun pisang.

Elvira Ninda (25), warga Kepulauan Meranti, mengungkapkan rela menempuh perjalanan jauh demi merasakan langsung kemeriahan HUT Riau. Menurutnya, hiburan rakyat seperti ini sangat penting sebagai wadah memperkenalkan benda pusaka dan kuliner khas Melayu.

“Saya senang sekali bisa menyaksikan berbagai pertunjukan budaya sekaligus mencicipi kuliner yang enak-enak, tadi saya baru menyantap Mi Sagu. Kita jadi tahu bahwa budaya Riau itu sangat beragam dan kaya. Sayang kalau sampai hilang,” ungkapnya.

Hingga malam larut, pengunjung masih terus berdatangan. Banyak di antara mereka yang memilih bertahan untuk menikmati semua penampilan dan mengabadikan momen bersama keluarga maupun teman.

Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat yang juga Ketua Panitia Penyelenggara Pekan Budaya Melayu Serumpun mengatakan, tujuan penyelenggaran kegiatan ini tentu saja wadah memperkenalkan kembali tradisi dan sejarah Riau kepada generasi muda.

Lebih lanjut Roni mengatakan, di Pekan Budaya Melayu Serumpun pengunjung dalam melihat permainan rakyat hingga pameran pusaka, hingga penampilan kesenian lainnya. 

"Kami menghadirkan beragam atraksi seni, kuliner, dan berbagai budaya bukan sekadar hiburan, tetapi juga upaya memperkuat identitas Melayu dan menjadikannya daya tarik wisata unggulan Riau. Sehingga, kami harap momentum HUT ke-68 Provinsi Riau ini menjadi ajang silaturahmi budaya dan sekaligus mendukung ekonomi kreatif daerah," tukasnya. 

Berita Lainnya

Index