Di Balik Canggihnya AI, Kreativitas Manusia Tetap Pemenangnya

Di Balik Canggihnya AI, Kreativitas Manusia Tetap Pemenangnya
Sekretaris Badan Riau Creative Network (BRCN), Raynzi Solihinakta.

PEKANBARU (HALOBISNIS) - Kehadiran Artificial Intelligence atau Akal Imitasi (AI) saat ini terasa di hampir setiap lini kehidupan. Mulai dari karya sederhana untuk menghilangkan kebosanan sampai membuat karya untuk pekerjaan kreatif, pendidikan, hingga sektor bisnis kecil. 

Dalam hitungan detik, kecerdasan buatan mampu menulis teks, membuat ilustrasi, menyusun musik, bahkan membantu pengambilan keputusan. Hal ini membuat banyak orang bertanya-tanya apakah peran manusia akan tergeser oleh canggihnya mesin.

Di tengah kuatnya arus perkembangan teknologi, kekhawatiran itu terus muncul. AI kini dapat mengerjakan tugas-tugas yang sebelumnya membutuhkan waktu dan tenaga manusia. 

Dari desain sederhana hingga pengolahan data kompleks, semuanya bisa dilakukan secara mudah. Namun, di balik kemudahan tersebut, muncul kesadaran bahwa ada aspek-aspek mendasar yang tidak bisa diduplikasi.

Karya manusia tidak hanya lahir dari logika, tetapi juga dari emosi, nilai, dan hati manusia. Inilah yang membuat karya manusia tetap memiliki jiwa, sesuatu yang tidak dapat sepenuhnya dibuat oleh AI, sesempurna apa pun ia dirancang.

Seperti yang dikatakan oleh Sekretaris Badan Riau Creative Network (BRCN), Raynzi Solihinakta, ia menilai bahwa perkembangan AI seharusnya tidak dilihat sebagai ancaman. Ia mengutip pernyataan Leader Subsektor Musik, Rino Dezapaty, yang menegaskan bahwa AI justru dapat menjadi alat bantu yang positif bagi pelaku kreatif.

“Bang Rino bilang AI tidak mengganggu sama sekali pengkaryaan bahkan dapat membantu kebutuhan-kebutuhan sederhana seperti UMKM atau usaha kecil untuk mungkin mereka mau bikin jingle, mau bikin yel-yel, segala macam,” ujar Raynzi di Gedung Riau Creative Hub.

Menurut Raynzi, AI tidak mengganggu proses kreatif, selama manusia tetap memegang kendali utama. Menurutnya, AI mampu menghasilkan karya secara cepat, namun hasil tersebut masih membutuhkan sentuhan manusia agar memiliki makna yang lebih intens.

"AI tidak akan sesempurna manual, tidak sebagus akustik. Akustik ini bukan alat musik maksudnya ya, tapi hasil asli dari tangan manusia," tambahnya.

Pandangan tersebut diperkuat oleh pernyataan dari Ilham Hamka, Leader Subsektor Pengembangan Aplikasi dan Game. Dikutip oleh Raynzi, Ilham menilai bahwa kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari.

“Ilham Hamka selalu memberikan informasi soal kemajuan teknologi dan kita gak bisa ninggalin teknologi. Kita tidak bisa menganak tirikan teknologi. Kita adalah orang yang akan hidup di masa depan,” ungkap Raynzi.

Pada akhirnya, meski AI terus berkembang dan mampu mengerjakan banyak hal, keaslian manusia tetap tak tergantikan. Kreativitas dan jiwa yang menciptakan hanya ada pada manusia dan akan selalu menjadi penopang utama.

Berita Lainnya

Index