(HALOBISNIS) - Duta Besar (Dubes) Republik Islam Iran untuk Indonesia Muhammad Boroujerdi secara tegas menyatakan negaranya tidak akan membuka ruang perundingan damai dengan Israel. Penegasan itu ia sampaikan dalam kuliah umum Ambassadorial Lectures di Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, Kamis (26/6/2025).
Boroujerdi menyebut, meskipun sejumlah pihak telah menawarkan mediasi atas konflik antara Iran dan Israel, pihaknya menolak seluruh tawaran tersebut. Menurutnya, ajakan damai dari Israel hanyalah taktik ketika mereka berada dalam posisi lemah.
"Dalam belasan hari ini, berbagai pihak datang menawarkan bantuan mediasi. Namun, kami sampaikan, kami tidak memerlukan mediasi maupun kesepakatan," ujarnya di hadapan para mahasiswa dan dosen.
Dubes Boroujerdi menegaskan, Iran tidak menganggap Israel sebagai negara sah, melainkan sebagai entitas militer pendudukan. Oleh karena itu, perundingan damai dianggap tidak relevan. “Rezim Zionis bukan sebuah negara yang bisa dinegosiasikan. Mereka hanyalah pasukan pendudukan wilayah lain,” tegasnya.
Menanggapi kritik terhadap aksi militer Iran, Boroujerdi menjelaskan semua langkah militer yang diambil Iran merupakan respons atas serangan dari pihak lain.
Ia mencontohkan insiden 12 bom Amerika Serikat ke wilayah Iran, yang kemudian dibalas Iran dengan serangan ke fasilitas militer AS di Irak dan Qatar. Hal serupa juga dilakukan terhadap Israel dalam berbagai momen ketegangan.
“Kami hanya merespons. Jika agresi terhadap kami berhenti, maka tindakan kami pun akan berhenti. Tidak perlu negosiasi, mediasi, atau gencatan senjata,” ujarnya.
Dalam penyampaiannya, Boroujerdi juga memberikan peringatan kepada negara-negara yang mendukung Palestina, termasuk Indonesia. Menurutnya, negara-negara tersebut sebenarnya juga menjadi target Israel, hanya saja jarak geografis membuat mereka belum diserang secara langsung.
“Israel tidak membedakan siapa musuhnya. Siapa pun yang mendukung Palestina, termasuk Indonesia, sebenarnya ada dalam radar mereka,” katanya.
Terakhir, Boroujerdi menekankan narasi damai yang dilontarkan oleh Israel adalah bentuk strategi bertahan, bukan upaya tulus. “Saat mereka kuat, mereka menyerang. Saat lemah, mereka ajukan gencatan senjata. Ini bukan niat damai, tetapi siasat,” pungkasnya.