(HALOBISNIS) - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menghadapi gelombang kritik dari basis pendukung utamanya, termasuk tokoh-tokoh dari gerakan Make America Great Again (MAGA) terkait kemungkinan keterlibatan militer AS dalam konflik Iran-Israel.
Wacana serangan terhadap fasilitas nuklir Iran telah memunculkan keretakan serius dalam koalisi politik yang selama ini menopang kepemimpinan Trump.
Beberapa tokoh berpengaruh, seperti Steve Bannon, Tucker Carlson, dan Marjorie Taylor Greene secara terbuka menentang ide Trump untuk melibatkan AS dalam kampanye militer yang mereka anggap sebagai pengulangan kebijakan intervensi luar negeri yang gagal, seperti di Irak dan Afghanistan.
Mantan penasihat strategis Trump dan ikon sayap kanan, Steve Bannon mendesak agar Gedung Putih tidak terburu-buru bergabung dengan Israel dalam menyerang fasilitas nuklir Iran tanpa dasar diplomatik yang kuat.
“Kita tidak bisa melakukan ini lagi. Kita akan menghancurkan negara ini jika mengulang Irak,” kata Bannon dalam konferensi di Washington, Rabu (18/6/2025).
Dia menekankan, serangan terhadap Iran harus dipikirkan matang karena negara itu memiliki populasi besar dan sejarah peradaban yang panjang.
Bannon mengingatkan, rakyat Amerika tidak akan menerima perang baru di Timur Tengah tanpa alasan kuat dan konsensus nasional.
Trump Tetap Bersikukuh
Di tengah tekanan, Trump menegaskan bahwa Iran tidak boleh menjadi negara nuklir, apapun risikonya.
“Saya tidak ingin perang. Tapi kalau pilihannya antara perang atau Iran punya senjata nuklir, saya akan lakukan yang harus dilakukan,” kata Trump, dikutip dari Reuters pada Kamis (19/6/2025).
Meski mengakui beberapa pendukungnya “sedikit tidak senang,” Trump mengatakan banyak yang tetap mendukung visinya untuk melindungi Israel dan mencegah proliferasi nuklir.
Perpecahan MAGA Makin Nyata
Perpecahan ini memperlihatkan dua kubu yang kini semakin tegas, yakni kubu MAGA yang dipimpin oleh Bannon, Carlson, dan Greene yang mendorong kebijakan isolasionis dan penolakan terhadap perang asing.
Sementara itu, elite Partai Republik, seperti Senator Lindsey Graham dan Ted Cruz menyatakan dukungan penuh kepada Israel dan mendesak Trump untuk menyelesaikan misi bersama Tel Aviv.
Carlson bahkan berselisih sengit dengan Cruz dalam wawancara streaming yang viral. Ia mengecam senator Texas itu karena mendorong perubahan rezim di Iran dan menyebutnya tidak memahami kondisi di lapangan.
Ancaman Politik
Ketegangan ini terjadi ketika Trump mempersiapkan pemilihan paruh waktu 2026, dan masih memegang kendali penuh atas basis Partai Republik.
Namun, gangguan terhadap suara MAGA dapat berdampak serius. Tidak hanya bagi Trump, tetapi juga pada peluang GOP mempertahankan mayoritas di Kongres.
Marc Short, mantan pejabat tinggi Gedung Putih menyebut perpecahan ini sebagai ujian besar kesetiaan basis terhadap Trump.
“Pada akhirnya, mereka lebih loyal ke Trump daripada pada ideologi luar negeri tertentu,” katanya.
Dampak Geopolitik
Ketika situasi di Timur Tengah semakin panas, tekanan terhadap Trump untuk mengambil keputusan cepat kian meningkat.
Israel menyerang fasilitas militer dan nuklir Iran, menewaskan ratusan orang. Iran membalas dengan rudal balistik yang menewaskan 24 warga Israel.
Trump mengisyaratkan bahwa dirinya belum membuat keputusan akhir, tetapi dia memiliki beberapa opsi yang sedang dipertimbangkan.
Di tengah situasi ini, konflik antara loyalitas kepada Israel dan prinsip “America First” menjadi dilema besar bagi Trump dan partainya.
Wacana keterlibatan AS dalam konflik Iran-Israel membuka luka lama dalam politik luar negeri Amerika, sehingga perpecahan di antara pendukung Trump pun semakin terlihat.