TEHERAN (HALOBISNIS) - Tel Aviv dan Yerusalem diguncang ledakan hebat pada Jumat (13/6/2025), setelah Iran meluncurkan ratusan rudal balistik sebagai balasan atas serangan militer besar-besaran Israel terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran. Sirene peringatan terdengar pada seluruh Israel saat sistem pertahanan udara diaktifkan.
Ledakan juga dilaporkan terjadi di pinggiran Teheran, Isfahan, dan dekat Qom.
Israel mengonfirmasi telah meluncurkan Operasi Singa yang Bangkit, dengan target utama infrastruktur nuklir dan komando militer Iran. Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei menuduh Israel sebagai pemicu perang. Sementara itu, media pemerintah Iran menyebut serangan rudal balasan menyasar sejumlah kota utama di Israel.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam wawancara telepon dengan Reuters menegaskan bahwa negosiasi nuklir antara Washington dan Teheran tetap dijadwalkan pada Minggu, meski masa depannya masih tidak pasti.
"Saya mencoba menyelamatkan Iran dari penghinaan dan kematian. Mereka masih bisa mencapai kesepakatan, belum terlambat," ujar Trump.
Sebelumnya melalui Truth Social, ia telah memperingatkan dan menulis. "Iran harus membuat kesepakatan, sebelum tidak ada yang tersisa".
Trump menilai serangan Israel merupakan dampak dari kegagalan Iran memenuhi ultimatum 60 hari untuk membatasi program nuklirnya.
Militer Israel menyatakan telah menggempur fasilitas peluncuran rudal dan drone, serta situs nuklir kedua di dekat Isfahan. Seorang juru bicara militer senior mengonfirmasi bahwa puluhan radar dan peluncur rudal berhasil dihancurkan.
Menurut dua sumber regional, sedikitnya 20 komandan militer Iran dan enam ilmuwan nuklir tewas, termasuk Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, serta Komandan Garda Revolusi, Hossein Salami.
Mayor Jenderal Mohammad Pakpour dilaporkan segera diangkat menggantikan Salami dan bersumpah akan memberikan tanggapan pahit dalam pesannya kepada pemimpin tertinggi Iran.
Media lokal Iran juga melaporkan 80 warga sipil tewas dan lebih dari 300 orang terluka dalam serangan udara semalam. Ledakan turut menghantam blok apartemen dan kediaman ilmuwan nuklir.
Iran telah menyerukan pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB, dan menuduh Israel melakukan agresi melanggar hukum internasional. Pertemuan digelar pada Jumat atas permintaan Teheran.
Sementara itu, Dewan Gubernur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) akan mengadakan pertemuan darurat pada Senin (16/6/2025) pukul 10 pagi waktu Wina, guna membahas serangan Israel. Permintaan ini didukung oleh Rusia, China, dan Venezuela.
Penasihat Keamanan Nasional Israel Tzachi Hanegbi menyatakan operasi militer tersebut mungkin tidak sepenuhnya menghancurkan program nuklir Iran. Namun, bisa membuka jalan menuju kesepakatan jangka panjang yang dipimpin oleh AS.
Di sisi lain, militer Israel melaporkan bahwa rudal pemberontak Houthi dari Yaman menghantam Hebron, Tepi Barat, melukai tiga anak Palestina. Iran membantah telah mengirim drone ke wilayah Israel, dan tidak ada laporan drone yang mencapai sasaran di Israel.
Pasar global bereaksi keras terhadap ketegangan ini. Harga minyak mentah Brent melonjak hingga 14% sebelum ditutup naik 5,5%, meski OPEC menyatakan tidak perlu penyesuaian pasokan. Harga emas naik 1,1%, sementara bursa saham global mengalami penurunan akibat meningkatnya sentimen penghindaran risiko.
Meski terjadi serangan, infrastruktur produksi minyak komersial dilaporkan tidak mengalami kerusakan. Maskapai penerbangan internasional mulai mengalihkan rute untuk menghindari wilayah udara Israel, Iran, Irak, dan Yordania. Bandara Ben Gurion di Tel Aviv pun ditutup sementara.
Intelijen Israel melaporkan bahwa pasukan komando Mossad telah beroperasi jauh di dalam wilayah Iran sebelum serangan terjadi. Kerusakan pada fasilitas bawah tanah Natanz, pusat pengayaan uranium, disebut memerlukan waktu berhari-hari untuk penilaian penuh. Iran tetap bersikukuh bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan damai.
Meskipun cakupan penuh operasi Israel belum diketahui secara pasti, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam pidato yang disiarkan televisi menegaskan operasi ini akan terus berlanjut selama diperlukan untuk menghilangkan ancaman.