PEKANBARU - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau terus berupaya mengendalikan inflasi untuk menjaga stabilitas ekonomi di daerah, dengan berbagai langkah yang telah diambil guna meringankan beban masyarakat. Upaya tersebut juga bertujuan untuk memastikan daya beli masyarakat tetap terjaga meskipun di tengah tantangan ekonomi global yang fluktuatif.
Asisten II Setdaprov Riau, M Job Kurniawan, menjelaskan bahwa Pemprov Riau telah melakukan sejumlah upaya strategis untuk mengendalikan inflasi. Salah satu program utama yang dilaksanakan adalah gerakan tanam padi, yang dilakukan dengan memberikan bantuan benih dan pupuk guna meningkatkan indeks pertanaman (IP) dan memperluas area tanam (PAT). Pada 2024, Pemprov Riau mengalokasikan anggaran APBD untuk perluasan area tanam padi sebesar 6.000 hektare, yang telah dimulai sejak Januari 2024 dan akan terus berlanjut hingga akhir tahun.
Gerakan tanam padi tersebar di berbagai daerah, dengan rincian sebagai berikut:
- Januari hingga Juli 2024: Kampar (678 hektare), Pekanbaru (5 hektare), Kepulauan Meranti (184 hektare), dan Siak (165 hektare).
- Agustus hingga Oktober 2024: Kuansing (196 hektare), Pekanbaru (7 hektare), Kepulauan Meranti (356 hektare), Rokan Hilir (1.938 hektare), Pelalawan (621 hektare), Dumai (178 hektare), dan Siak (363 hektare).
Pemprov Riau juga berhasil meningkatkan luas tanam padi sebesar 2,75 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2023, luas tanam padi mencapai 56.298 hektare, dan pada 2024 ini, luas tanam meningkat menjadi 71.793 hektare. Dengan peningkatan ini, diperkirakan jumlah produksi padi pada 2024 akan mencapai 225.837 ton, mengalami kenaikan sebesar 9,64 persen dari tahun sebelumnya yang hanya tercatat 205.973 ton.
Selain padi, Pemprov Riau juga mendorong gerakan tanam cabai dan bawang merah sebagai langkah pengendalian harga pangan. Salah satu contohnya adalah program tanam cabai dan bawang merah di Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, dengan pemberian bibit cabai sebanyak 2.100 batang dan bawang merah 2.100 batang kepada kelompok wanita tani. Gerakan serupa juga dilaksanakan di beberapa daerah lainnya, seperti Pekanbaru, Dumai, Kampar, dan Pelalawan, dengan pembagian 8.400 bibit cabai dan bawang merah.
Untuk mendukung keberlanjutan harga pangan yang stabil, Pemprov Riau juga menggelar pasar tani di 11 kabupaten/kota sebanyak 27 kali, serta menyelenggarakan pasar tani mobile di Pekanbaru sebanyak 7 kali. Selain itu, Pemprov juga mengaktifkan Gerai Hortimart yang membuka kesempatan bagi petani Riau untuk memasarkan produk mereka langsung ke konsumen. Semua ini bertujuan untuk memutus rantai pemasaran dan sekaligus mempromosikan hasil pertanian lokal.
Pemprov Riau juga mengadakan operasi pasar murah yang sudah dilaksanakan di 46 titik dari target 74 titik di berbagai daerah. Komoditas yang dijual meliputi beras, minyak goreng, gula pasir, telur ayam ras, tepung terigu, cabai merah, bawang merah, dan bawang putih.
Untuk mengatasi kelangkaan cabai, Pemprov Riau juga mendukung pengembangan kawasan cabai seluas 50 hektare dengan memberikan bantuan bibit, pupuk, dan pestisida kepada kelompok tani. Saat ini, pengembangan ini sudah tertanam seluruhnya, dengan hasil yang mulai berproduksi dan diperkirakan menghasilkan sekitar 200 ton cabai.
"Pemprov Riau berkomitmen untuk terus memperkuat sektor pertanian dan pangan sebagai bagian dari upaya mengendalikan inflasi. Kami percaya bahwa dengan peningkatan produksi pangan lokal, harga pangan di pasar bisa lebih stabil, dan beban masyarakat dapat lebih ringan," ujar Job Kurniawan.
Dengan berbagai langkah tersebut, Pemprov Riau berharap dapat menjaga kestabilan harga pangan dan memastikan kesejahteraan masyarakat tetap terjaga, meskipun tantangan ekonomi global yang terus berfluktuasi. Program-program ini juga diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi daerah dan menciptakan kemandirian pangan di Riau.