PEKANBARU - Rencana Apple meningkatkan investasi dari US$ 10 juta atau sekitar Rp 159 miliar menjadi US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,59 triliun dinilai masih kurang apabila dibandingkan dengan investasi Apple di negara-negara lain.
Apple sendiri saat ini masih menghadapi masalah serius di Indonesia setelah pemerintah melarang penjualan seri iPhone 16 pada bulan lalu. Penyebabnya karena ketidakmampuan Apple memenuhi komitmen investasi yang telah dijanjikan sebelumnya.
Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arief menyampaikan, pihaknya menganggap nilai investasi yang diajukan oleh Apple tersebut kurang mencerminkan keadilan bagi Indonesia apabila dibandingkan dengan jumlah investasi Apple di negara lain, seperti India, Vietnam, dan Thailand.
"Kami perlu memastikan apakah investasi ini sudah sebanding dengan kontribusinya terhadap Indonesia," ujar Febri, dikutip dari Antara, Sabtu (23/11/2024).
Dikatakan Febri, Kemenperin juga tengah mempertimbangkan apakah nilai investasi yang diajukan Apple ini adil apabila dibandingkan dengan investasi yang diterima produsen perangkat elektronik lainnya, seperti ponsel, komputer, dan tablet (HKT) di Indonesia. Apalagi pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menargetkan pertumbuhan ekonomi hingga 8%.
Febri juga menyampaikan keinginan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita agar Apple dapat lebih mengintegrasikan industri dalam negeri ke dalam global value chain (GVC) mereka. Hal ini diharapkan bisa memberikan dampak positif bagi sektor manufaktur Indonesia, termasuk menciptakan lapangan kerja melalui keterlibatan dalam GVC Apple.
Selain itu, Kemenperin mencatat bahwa Apple masih memiliki kewajiban untuk merealisasikan komitmen investasi sebesar Rp 271 miliar untuk periode 2020-2023. Hal ini yang menyebabkan Kemenperin menunda penerbitan sertifikasi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dan izin impor untuk seri iPhone 16.
“Kami berharap Apple dapat memenuhi komitmen investasinya dan mematuhi regulasi yang berlaku di Indonesia,” ujar Febri.