Tolak Kenaikan Gaji 35 Persen, Karyawan Boeing Gelar Aksi Mogok Kerja

Tolak Kenaikan Gaji 35 Persen, Karyawan Boeing Gelar Aksi Mogok Kerja

PEKANBARU - Karyawan Boeing kembali melanjutkan aksi mogok kerja, setelah menolak tawaran perusahaan menaikkan gaji sebesar 35%. Sebanyak 64% karyawan menolak usulan kenaikan gaji tersebut dan memperpanjang aksi mogok kerja yang dimulai sejak September. Penolakan ini menjadi yang kedua kalinya, setelah sebelumnya 95% karyawan juga menolak tawaran dari perusahaan. Lebih dari 30.000 karyawan Boeing ikut andil dalam aksi mogok tersebut.

Hal ini menyebabkan banyaknya penundaan produksi perusahaan di seluruh divisi. Para pekerja mengaku ada ketidakpuasan selama bekerja di perusahaan produsen pesawat terbang tersebut.

“Setelah 10 tahun berkorban, kami masih harus mengejar ketertinggalan, dan kami berharap dapat melakukannya dengan segera melanjutkan negosiasi,” ucap perwakilan pekerja yang tergabung dalam Asosiasi Pekerja Dirgantara Juru Mesin Internasional (IAM) dikutip dari Invezz, Kamis (24/10/2024).

CEO Boeing Kelly Ortberg memperingatkan bahwa perusahaan tersebut kini berada pada kondisi kritis. Boeing telah melaporkan kerugian yang meningkat, dengan total kerugian sebesar US$ 6 miliar di seluruh divisi.

Bisnis pesawat komersial Boeing menderita kerugian operasional sebesar US$ 4 miliar, sementara divisi pertahanan membukukan kerugian sebesar $2,4 miliar. Ortberg mengakui perjuangan perusahaan tersebut dalam pernyataan baru-baru ini.

"Ini adalah kapal besar yang memerlukan waktu untuk berputar, tetapi saat itu terjadi, ia memiliki kapasitas untuk menjadi hebat lagi," ucapnya. Aksi mogok ini menambah tantangan Boeing yang semakin besar, yang dimulai sejak awal tahun ini ketika ada ledakan pesawat Boeing di udara, hingga menyoroti masalah manufaktur perusahaan.

Operasi luar angkasa Boeing juga mengalami kemunduran, karena pesawat ruang angkasa Starliner harus kembali ke Bumi lebih awal tanpa membawa astronaut, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang kualitas dan keselamatan.

Ortberg mengakui reputasi Boeing telah rusak dan menekankan perlunya perubahan internal.

“Kita perlu mencegah meluasnya masalah dan bekerja sama lebih baik untuk mengidentifikasi, memperbaiki, dan memahami akar permasalahannya,” pungkasnya.

Berita Lainnya

Index