PEKANBARU - Dalam rangka menjaga agar struktur Utang Luar Negeri (ULN) tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN.
Perkembangan ULN tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya aliran investasi asing ke Surat Berharga Negara (SBN) domestik, seiring dengan meningkatnya kepercayaan investor terhadap masa depan ekonomi Indonesia.
Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia mencapai USD425,1 miliar, atau sekitar Rp6.623,05 triliun (dengan kurs Rp15.580 per USD) pada Agustus 2024. ULN Indonesia meningkat 7,3% (tahun ke tahun), yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Juli 2024.
"Perkembangan ULN tersebut bersumber dari sektor publik dan sektor swasta. Posisi ULN Agustus 2024 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk Rupiah," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso, Selasa (15/10/2024).
Selain itu, sebagai salah satu instrumen pembiayaan APBN, pemanfaatan Utang Luar Negeri (ULN) terus diarahkan untuk mendukung pembiayaan sektor produktif dan prioritas belanja, guna menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.
Struktur Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia tetap kuat, berkat penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Hal ini tercermin dari rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang stabil di angka 31% serta didominasi oleh ULN jangka panjang yang mencapai 84,3% dari total ULN.
Terakhir, ULN akan terus dioptimalkan untuk mendukung pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan. Langkah ini diambil dengan mengurangi risiko yang dapat berdampak pada stabilitas perekonomian.