PEKANBARU - China memiliki kelebihan stok susu imbas angka kelahiran bayi yang menurun di negara tersebut. Selain itu, stok susu yang berlebih ini imbas konsumen enggan membeli karena berbagai alasan, termasuk biaya.
Mengutip Reuters, Minggu (22/9/2024), kelebihan stok susu di China merupakan sebuah konsekuensi yang tidak diinginkan. Padahal, negara itu telah mendorong ketahanan pangan untuk meningkatkan produksi di sektor susu, serta mendorong konsumsi dan ekspansi bisnis.
Selain itu, skandal pemalsuan susu pada 2008 silam, yang membuat enam anak meninggal dunia dan ribuan orang dirawat di rumah sakit memengaruhi stok susu dalam negeri. Skandal itu juga membuat peluang ekspor susu dari China terbatas.
Diketahui, pada 2008 silam, terjadi insiden keamanan makanan di China yang melibatkan produk susu mengandung melamin. Korban diperkirakan mencapai 300.000, dengan 54.000 orang dibawa ke rumah sakit. Enam bayi yang meninggal itu lantaran gagal ginjal dan batu ginjal.
Ekonomi yang lemah juga membuat permintaan akan bahan makanan yang mahal, seperti mentega, krim, dan keju turun. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor populasi di negara itu yang semakin menua.
Berdasarkan data statistik China, konsumsi susu mencapai 14.4 kilogram per kapita pada 2021 dan turun menjadi 12,4 kilogram pada 2022.
Bersamaan dengan turunnya konsumsi susu, produksi susu China meningkat. Bahkan, negara itu menjadi produsen susu terbesar ketiga di dunia dengan angka 30 ton pada 2017 dan naik menjadi 42 juta ton pada 2023.
Selain itu, harga susu di China juga anjlok sejak 2022. Hal ini menyebabkan banyak peternak rugi hingga akhirnya harus tutup. Beberapa peternak lain juga harus rela mengurangi jumlah hewan ternak dengan menjual sapi.
Modern Diary, salah satu produsen susu di China meyebut jumlah sapi perah di peternakan berkurang 50% pada semester I 2024. Bahkan, produsen susu itu mencatat kerugian bersih sebesar 207 yuan atau US$ 29,07 juta (Rp 439 miliar).
Diketahui, industri susu di China berkembang pesat sejak 2018 setelah ada imbauan pemerintah untuk memperbanyak peternakan dan produksi untuk swasembada pangan.
Hal itu membuat banyak peternakan baru muncul hingga impor ratusan ribu sapi holstein untuk mencapai target tersebut.
Namun, ekonomi berjalan lambat hingga angka kelahiran ikut turun, yang membuat hanya sedikit anak yang membutuhkan susu. Diketahui, angka kelahiran di China mencatat rekor terendah pada 2023 hingga 6,39 per 1.000 orang atau turun dari 2017 dengan angka 12,43 per 1.000 orang.