PEKANBARU - Suhu di sebagian wilayah terasa dingin meskipun musim kemarau masih berlangsung. Situasi ini disebut dengan bediding. Hal ini juga dirasakan oleh sebagian masyarakat dan ramai diperbincangkan di media social (medsos) seperti X.
"Bandung pagi ini sampai 13 derajat," kata @mis****.
"Lagi bediding, nanti malah meriang," tulis @cum***.
"Siapkan baju hangat, Yogyakarta mulai masa bediding pertengahan Juli ini," ujar @ww****.
Fenomena bediding membuat masyarakat di beberapa wilayah Indonesia merasakan suhu dingin pada malam hingga pagi hari. Bahkan, suhu di siang hari pun lebih rendah dari biasanya.
Tidak hanya dirasakan di sebagian wilayah Jawa, fenomena ini juga berpotensi terjadi di daerah lain, seperti Bali, NTT, dan NTB.
Dihimpun dari berbagai sumber, fenomena bediding atau suhu dingin di tengah kemarau merujuk pada kondisi adanya perbedaan suhu yang signifikan di suatu wilayah.
Fenomena bediding ini bisa terjadi karena beberapa faktor, seperti:
1. Pergerakan udara
Arus udara dingin dari tempat lain dapat membawa suhu yang lebih rendah ke daerah panas.
2. Evaporasi
Proses penguapan air dari tanah atau sumber air dapat menyebabkan penurunan suhu di sekitarnya.
3. Kondisi geografis
Daerah yang memiliki ketinggian tinggi atau terletak di dekat badan air mungkin mengalami suhu lebih dingin meskipun musim kemarau.
4. Vegetasi
Area dengan banyak tanaman dapat tetap lebih sejuk karena proses transpirasi, tanaman mengeluarkan uap air.
Fenomena ini dapat berpengaruh pada pola cuaca setempat dan ekosistem. Adapun akibat terjadinya fenomena bediding, di antaranya:
1. Suhu yang menurun
Suhu malam dan pagi hari menjadi lebih dingin dari biasanya, memengaruhi kenyamanan masyarakat.
2. Dampak pada pertanian
Suhu dingin dapat memengaruhi pertumbuhan tanaman, terutama tanaman sensitif terhadap suhu.
3. Perubahan pola cuaca
Fenomena ini dapat mengubah pola cuaca lokal dan berpotensi menyebabkan hujan di daerah tertentu.
4. Kesehatan masyarakat
Suhu yang rendah dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan, seperti flu atau hipotermia.
5. Gangguan ekosistem
Perubahan suhu dapat memengaruhi perilaku hewan dan ekosistem secara keseluruhan.