PEKANBARU - Korupsi merupakan praktik penyalahgunaan kekuasaan atau posisi untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau keuntungan yang dapat merusak institusi demokratis, memperlambat perkembangan ekonomi, dan berkontribusi terhadap ketidakstabilan pemerintahan.
Kasus korupsi merupakan sebuah “penyakit” yang merusak fondasi negara. Banyaknya negara yang terjerat dalam praktik penyalahgunaan kekuasaan ini menjadikan korupsi sebagai suatu masalah global yang serius.
Pada Januari 2024 lalu, lembaga Transparency International resmi merilis indeks korupsi tertinggi atau Corruption Perceptions Index (CPI) 2023. Dalam indeks tersebut, terdapat 10 Negara yang memiliki tingkat korupsi paling tinggi. Hal ini dinilai dengan skala 0-100, yang artinya semakin tinggi angkanya menunjukan negara tersebut semakin bersih dari tindakan korupsi.
Sesuai dengan Indeks tersebut, Indonesia menduduki peringkat 65 dengan skor 34, tetapi hal ini tetap menunjukan tingginya kasus korupsi di Indonesia karena rata-rata skor CPI global berada pada angka 43. Lantas, Negara apa saja yang masuk ke dalam 10 skor CPI terendah di dunia? Berikut ini daftarnya.
1. Somalia
Negara yang berada di Benua Afrika ini menduduki peringkat pertama sebagai negara paling korup di dunia, dengan skor CPI sebesar 11 yang menunjukkan tingkat korupsi sangat tinggi.
Penyebab utama dari masalah korupsi di Somalia adalah ketidakstabilan kondisi politik dan terjadinya konflik berkelanjutan yang menciptakan lingkungan tidak terkendali. Seperti aksi terorisme, tidak adanya kebebasan pers, hingga kemiskinan yang ekstrem. Karena maraknya kasus korupsi di Somalia membuat banyak lembaga internasional urung membantu.
2. Venezuela
Venezuela berada di peringkat kedua dengan skor CPI 13. Meskipun negara ini memiliki sumber minyak yang berlimpah, tetapi pemerintah Venezuela sangat bergantung dalam menggunakan sumber daya minyak semaksimal mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan. Ketika harga minyak dunia turun pendapatan negara secara signifikan berpengaruh bagi perekonomian Venezuela.
Perekonomian Venezuela semakin menurun karena adanya korupsi dan nepotisme yang marak dilakukan oleh Presiden Venezuela, Hugo Chávez. Ketika menjabat, dia kerap mengeluarkan anggaran negara sebagai media agar kebijakan-kebijakan yang dibuat bisa berjalan dengan lancar. Hal ini diperparah dengan inflasi ekonomi yang sangat tinggi dan menjadi penyebab terjadinya praktik-praktik korupsi di Venezuela.
3. Suriah
Dengan skor CPI 13, membuat Suriah menjadi negara ketiga dengan tingkat korupsi tertinggi di dunia. Hal ini sebabkan oleh rezim otoriter yang sudah menjabat berdekade-dekade yang menyebabkan kurangnya akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan.
Karena rezim tersebut korupsi juga bisa disebabkan oleh kurangnya lembaga demokrasi kuat, seperti parlemen dan peradilan independen yang memungkinkan para petinggi menyalahgunakan kekuasaan mereka tanpa pengawasan. Tidak hanya itu, ketidakstabilan ekonomi karena perang saudara juga menciptakan kekosongan kekuasaan sehingga memudahkan korupsi untuk berkembang tanpa pengawasan yang memadai.
4. Sudan Selatan
Sudan Selatan berada di peringkat keempat negara tingkat korupsi paling tinggi di dunia, dengan skor CPI 13. Penyebab korupsi di Sudan Selatan adalah masalah sistem pemerintahan yang kompleks, kondisi ini juga diperparah oleh adanya jaringan internasional yang terlibat dalam perdagangan senjata dan lainnya.
Hal tersebut memberikan kesempatan bagi para pemimpin dan pelaku korupsi untuk mendapatkan keuntungan dari konflik dan situasi tidak stabil di negara tersebut yang menciptakan lingkungan praktik korupsi semakin meluas di Sudan selatan.
5. Yaman
Yaman memiliki skor CPI sebesar 16, menjadikannya salah satu negara dengan tingkat korupsi tertinggi. Kasus korupsi yang tinggi disebabkan oleh konflik yang berkelanjutan, ketidakstabilan politik, konflik bersenjata, serta kesulitan ekonomi.
Pergolakan politik yang terjadi sejak 2011 di Yaman semakin memperburuk tantangan bagi perusahaan di Yaman. Jaringan patronase dan praktik nepotisme yang mengendalikan urusan sipil negara, termasuk pengawasan kontrak pemerintah. Praktik-praktik, seperti penyuapan pasif dan pemerasan juga umum terjadi dan tersebar luas di Yaman.
6. Nikaragua
Nikaragua merupakan satu-satunya negara Amerika Tengah yang masuk ke dalam negara tingkat korupsi tertinggi, berada di peringkat keenam dengan skor CPI 17. Negara ini memiliki tingkat korupsi yang tinggi, terutama karena Nikaragua dipimpin oleh Rezim Somoza, yang didukung oleh Amerika Serikat (AS), dan dikenal sangat korup. Praktik korupsi terjadi di semua tingkatan dan jaringan kekuasaan negara.
Sebelum revolusi pada 1979, ekonomi Nikaragua dikendalikan oleh kepentingan AS, dengan pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan AS, seperti produksi gula dan pisang. Kondisi ini memperburuk kesejahteraan rakyat dan memungkinkan korupsi berkembang pesat.
7. Korea Utara
Korea Utara menempati peringkat ketujuh dengan skor CPI 17. Tingginya tingkat korupsi di Korea Utara tIDak lain karena rezim negara yang sangat tertutup dan otoriter dan kurangnya transparansi, serta kontrol terpusat atas ekonomi yang menciptakan lingkungan mudah untuk korupsi. Para elit yang berkuasa, termasuk keluarga Kim Jong Un, kerap menggunakan kekuatan absolut mereka dan memanipulasi sumber daya untuk keuntungan pribadi.
Selain itu, kurangnya lembaga independen atau pengawas kekuasaan pemerintah membuat korupsi sulit dikendalikan. Keterlibatan negara dalam pasar gelap, pelanggaran hak asasi manusia, dan kultus kepribadian yang meluas semakin memperkuat persepsi bahwa Korea Utara adalah negara yang sangat korup.
8. Haiti
Haiti berada di peringkat kedelapan dengan skor CPI 17. Sebagai negara termiskin di Belahan Barat, Haiti menghadapi masalah serius seperti korupsi, kekerasan geng, perdagangan narkoba, dan kejahatan terorganisir. Efektivitas keuangan publik dan kekuatan hukum di Haiti sudah terganggu oleh ketidakstabilan politik yang berlangsung selama bertahun-tahun.
Korupsi oleh pejabat pemerintahan juga telah terjadi selama bertahun-tahun dan merupakan salah satu penyebab utama krisis politik di Haiti. Salah satu contoh paling terkenal adalah skandal PetroCaribe, di mana dana bantuan minyak dari Venezuela disalahgunakan oleh pejabat Haiti untuk menggelapkan sebesar US$ 2 miliar.
9. Turkmenistan
Meskipun negara ini memiliki cadangan gas alam yang besar, tetapi Turkmenistan menempati peringkat kesembilan dengan indeks CPI sebesar 17. Hal ini disebabkan oleh pemerintahan Turkmenistan yang kurang transparan dalam pengelolaan sumber daya alamnya yang kaya. Korupsi sering terjadi di sektor ekstraktif, di mana pejabat pemerintah dan perusahaan multinasional terlibat dalam praktik penyuapan untuk memperoleh keuntungan.
10. Libya
Libya menduduki peringkat ke-10 dengan CPI sebesar 18. Negara ini sedang menghadapi krisis berkelanjutan, termasuk krisis politik dan pemerintahan yang lemah. Kontrol atas sumber daya minyak telah menjadi fokus utama untuk praktik korupsi, yang memperburuk tantangan pemerintahan dan menghambat perkembangan ekonomi.
Setelah terjadi revolusi dan pembunuhan Gaddafi pada 2011, korupsi di Libya tetap menjadi masalah yang meresahkan. Bahkan kekerasan dan ketidakstabilan politik masih merajalela di seluruh Libya, sementara konflik kekuasaan antara pemerintah dan militer semakin menguat. Korupsi di sektor penegakan hukum juga umum terjadi di Libya.