PEKANBARU - Festival Pacu Jalur Tradisional menyuguhkan atraksi seni dan budaya di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, diharapkan menjadi momentum untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Pada tahun ini Pacu Jalur dihelat mulai 21 hingga 25 Agustus 2024.
Festival Pacu Jalur masuk dalam Kharisma Event Nasional (KEN) Kementerian Pariwisata 2024. Karena itu, Dinas Pariwisata Riau, mengajak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kuantan Singingi (Kuansing) sebagai lokasi penyelenggaraan Pacu Jalur untuk bekerja sama mempersiapkan segala prasarana pendukung event tersebut.
Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat mengatakan, agar event Pacu Jalur semakin diminati wisatawan nusantara dan mancanegara. Pihaknya, mengajak Pemkab Kuansing untuk meningkatkan fasilitas pendukung agar wisatawan yang menyaksikan Pacu Jalur semakin nyaman.
“Karena itu segala insfrastruktur pendukung event harus disiapkan. Tujuannya agar wisatawan yang melihat semakin nyaman,” kata Roni, Sabtu (13/7/2024).
Dilanjutkan Roni, Pemerintah Provinsi Riau siap mendukung untuk perbaikan fasilitas pendukung Festival Pacu Jalur. Seperti melakukan perbaikan turab yang ada di tepi sungai, namun tentunya juga harus bersinergi dengan pemkab setempat.
“Pak Pj Gubernur Riau bersedia membantu perbaikan fasilitas untuk event Pacu Jalur. Namun, juga harus berbarengan dengan Pemkab Kuansing. Jangan hanya Pemprov saja yang menyiapkan anggaran atau menggunakan sistem budget sharing, sebutnya.
Untuk event Pacu Jalur, tahun ini Pemprov Riau juga memberikan bantuan senilai Rp575 juta. Jumlah tersebut untuk hadiah dan membantu subsidi per jalur sebesar Rp1 juta.
“Untuk mensukseskan event Pacu Jalur ini Pemprov Riau memberikan bantuan senilai Rp575 juta untuk hadiah. Kemudian, juga memberikan subsidi untuk jalur-jalur yang akan bertanding,” katanya.
Pemerintah telah mengakui dan menetapkan Pacu Jalur sebagai bagian integral dari Warisan Budaya Nasional Takbenda asli Indonesia dan menjadikan Pacu Jalur menjadi agenda KEN Kemenparekraf.
Sebagai upaya untuk melestarikan warisan budaya tersebut, Pemerintah Indonesia mendukung Festival Pacu Jalur diadakan setiap tahun di Kuantan Singingi dan mempromosikan pentingnya festival tersebut kepada masyarakat luas baik nasional maupun internasional.
Untuk budaya yang ada event Pacu Jalur harus tetap dilestarikan. Yakni para peserta yang berasal dari masyarakat sekitar yang sebelumnya juga sudah ada sistem seleksi dari tiap Kecamatan. “Kalau budayanya harus kita lestarikan, jangan mendatangkan peserta dari luar. Tapi kalau penonton dari luar daerah bahkan luar negeri silahkan saja, tapi agar mereka nyaman tentunya fasilitas harus diperbaiki,” ujarnya.
Berdasarkan data Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Kuansing, pada Festival Pacu Jalur 2023 sebanyak 1.719.952 orang berkunjung ke Teluk Kuantan menyaksikan Festival Pacu Jalur, mulai tanggal 23-27 Agustus 2023. Adapun rinciannya, pada hari pertama ada 225.130 orang, hari kedua 367.820 orang, hari ketiga 337.356 orang, hari keempat 378.503 orang dan hari terakhir 381.115 orang.
Pada event Pacu Jalur tahun 2023, perputaran uang mencapai miliaran rupiah. Disbudpar Kuansing telah menghitung berdasarkan beberapa indikator. Indikator pertama adalah pelaku UMKM.
Pelaku UMKM binaan Pemkab Kuansing, Baznas Kuansing dan OK OC sebanyak 750 orang. Omzetnya diperkirakan mencapai Rp2 juta per hari. Kemudian, 450 pelaku UMKM yang berasal dari luar Kuansing, diperkirakan omzetnya mencapai Rp4 juta per hari. Lalu, pedagang lainnya sebanyak 2.323 orang dengan omzet per harinya Rp2,5 juta.
Akomodasi juga menjadi indikator perhitungan perputaran uang di Kuansing. Ada 427 kamar hotel dan wisma di Kuansing. Harganya Rp400 ribu per hari. Selain hotel dan wisma, ada juga homestay sebanyak 75 unit dengan harga Rp500 ribu per hari.
Dari pengunjung, perputaran uang sekitar Rp85.996.250.000 selama lima hari. Kemudian, dari kamar hotel dan wisma diperkirakan mencapai Rp1.024.800.000. Kemudian, dari homestay adalah Rp337.500.000. Lalu, dari restoran, rumah makan dan warung kopi sekitar Rp3.585.400.000. Total perputaran uang di Kuansing selama event Festival Pacu Jalur 2023 adalah Rp90.943.950.000.
Serba-serbi Pacu Jalur Ada Tukang Onjay hingga Meriam Karbit
Festival Pacu Jalur adalah bagian dari agenda KEN. Saban bulan Agustus acara ini digelar di Tepian Narosa, Taluk Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Pacu Jalur berhasil mendunia, viral di jagat maya. Banyak warganet memarodikan Pacu Jalur, terutama meniru tarian bocah di atas jalur.
Secara etimologinya, kata pacu bermakna "perlombaan", sedangkan kata jalur merujuk kepada "perahu" atau "sampan". Secara sederhana, Pacu Jalur dapat diterjemahkan sebagai "perlombaan mendayung perahu" atau "perlombaan mendayung sampan".
Atraksi Pacu Jalur dimulai dengan bunyi meriam sebanyak 3 kali. Meriam karbit ini sengaja digunakan agar para peserta Pacu Jalur bisa mendengar jelas aba-aba dari panitia. Jika aba-aba memakai peluit, suaranya tidak akan terdengar oleh peserta lomba. Karena luasnya arena pacu dan riuhnya ribuan penonton yang menyaksikan perlombaan.
Di setiap jalur yang ditumpangi ada tukang concang alias pemberi aba-aba, tukang pinggang atau juru mudi, tukang tari dan tukang onjay. Setelah meriam karbit diletupkan, mereka berlomba-lomba menerobos arus sungai kuantan. Menuju garis finish.
Roni Rakhmat menuturkan, menurut tradisi lisan masyarakat setempat, Pacu Jalur pada mulanya merupakan sarana transportasi menyusuri sungai Batang Kuantan dari Hulu Kuantan hingga ke Cerenti di muara sungai Batang Kuantan.
"Karena transportasi darat belum berkembang pada masa itu, jalur tersebut sebenarnya digunakan sebagai sarana transportasi penting bagi penduduk desa. Digunakan sebagai sarana pengangkutan hasil bumi, seperti buah-buahan lokal dan tebu. Selain itu, berfungsi untuk mengangkut sekitar 40-60 orang per perahu atau sampannya," kata Roni.
Pada masa perkembangannya, perahu transportasi berbentuk memanjang ini sengaja dihias dengan unsur daerah setempat. Biasanya melukiskan kepala ular, buaya, dan harimau.
Sejarah Pacu Jalur pada masa penjajahan Belanda digelar untuk memeriahkan perayaan adat, sejak tahun 1890. Secara spesifik, Pacu Jalur digunakan sebagai pemeriah untuk memperingati hari lahir Wilhelmina (Ratu Belanda) yang jatuh pada tanggal 31 Agustus.
Sebelumnya, Pacu Jalur juga diselenggarakan oleh penduduk setempat untuk memperingati hari-hari besar umat Islam, seperti Maulid Nabi, Idulfitri, atau bahkan untuk merayakan Tahun Baru Islam. Selanjutnya setelah kemerdekaan Indonesia, festival ini semakin berkembang, diselenggarakan untuk merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia.
Pacu Jalur menjadi budaya daerah setempat. Tradisi ini merupakan perpaduan antara unsur olahraga, seni, dan olah batin. Konon, masyarakat sekitar sangat percaya bahwa olah batin dari pawang perahu atau dukun perahu sangat berpengaruh untuk menentukan kemenangan. Keyakinan magis ini dapat dilihat dari keseluruhan rangkaian acara yang dilakukan. Mulai dari persiapan pemilihan kayu, pembuatan perahu, penarikan perahu, hingga acara perlombaan dimulai, yang selalu diiringi oleh ritual-ritual magis.