PEKANBARU - Pakar keamanan siber dan IT dari Vaksincom Alfons Tanujaya mengungkapkan dampak serius dari kebocoran data yang terjadi di berbagai sektor. Menurutnya, data yang bocor seringkali dieksploitasi oleh pihak eksternal untuk mencapai tujuan tertentu.
Alfons menjelaskan bahwa data yang bocor tidak hanya berdampak pada privasi individu, tetapi juga dapat digunakan untuk melakukan pemetaan demografi penduduk. Dengan memanfaatkan data tersebut, pihak yang tidak bertanggung jawab dapat mengklasifikasikan dan mengelompokkan populasi dengan lebih mudah, yang pada akhirnya mempermudah mereka dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
"Eksploitasi data memang benar-benar terjadi, terutama dengan data yang berskala besar. Jika terjadi kebocoran data secara masif, informasi yang bocor ini dapat digunakan untuk pemetaan demografi. Dengan demikian, kita dapat mengetahui di mana mayoritas populasi berada dan kecenderungan apa yang dimiliki, serta mengidentifikasi kelemahan-kelemahannya," ujar Alfons saat diwawancara virtual oleh Beritasatu.com pada Sabtu (29/6/2024).
Sebagai contoh yang diungkapkan oleh Alfons, kasus peretasan data yang terjadi di Bank Syariah Indonesia menunjukkan bagaimana data nasabah dan informasi sensitif lainnya jatuh ke tangan pihak lain. Data ini kemudian dapat dimanfaatkan untuk mencapai visi bisnis tertentu tanpa izin dari pemilik data, meningkatkan potensi risiko keamanan.
"Contohnya, kemarin ketika data BSI bocor dan jatuh ke tangan bank saingannya. Mereka bisa mengetahui bahwa BSI memiliki banyak nasabah di daerah mana, di mana alokasi kuotanya berada, serta sebaran pasarannya. Dari situ, mereka dapat mengetahui kelemahan-kelemahan di mana BSI banyak memberikan kredit, yang menjadi dasar data yang dikelola dan dieksploitasi," paparnya.
Alfons juga mengingatkan bahwa terus terjadi dan meningkatnya serangan terhadap keamanan data dapat berdampak serius bagi Indonesia jika tidak ditangani dengan disiplin. Ia manganalogikan jika dalam situasi perang Indonesia masih mengalami masalah dalam keamanan siber, ini akan mempersulit kemenangan untuk negara ini.
"Misalkan, dalam perang, siapa yang lebih mengetahui data lebih banyak, itulah yang akan menang. Jadi, kalau kita lagi bertempur dengan negara lain dan data kita sudah bocor, kemungkinan besar kita akan sangat sulit sekali untuk menang," tutup Alfons.