PEKANBARU (HALOBISNIS) – Rencana pengembangan dan modernisasi Museum Sang Nila Utama, Dinas Kebudayaan Provinsi Riau, kembali menjadi pembahasan penting dalam upaya memperkuat museum sebagai pusat edukasi dan pelestarian budaya. Revitalisasi ini bertujuan menghadirkan ruang pamer yang lebih modern tanpa menghilangkan karakter asli yang menjadi identitas kebudayaan Melayu di Riau.
Museum Sang Nila Utama berdiri dengan arsitektur tradisional Melayu berbentuk rumah panggung yang sarat ornamen budaya. Karena nilai historis dan kekhasannya, struktur bangunan tidak dapat diubah.
“Bangunan museum adalah simbol identitas Melayu yang harus dijaga, sehingga modernisasi tidak boleh menghilangkan ruh budaya itu,” ujar Kepala UPT Museum Sang Nila Utama, Tengku Leni, Jumat (12/12/2025).
Dengan keterbatasan tersebut, modernisasi diarahkan pada pembaruan interior dan tata pamer. Desain baru akan menggabungkan unsur ornamen Melayu dengan sentuhan modern yang lebih minimalis, rapi, dan informatif.
“Kita ingin memberikan pengalaman kunjungan yang lebih nyaman dan edukatif, tetapi tetap menjaga estetika tradisional,” jelasnya.

Salah satu fokus pembaruan adalah penggunaan vitrin terbaru yang lebih kedap udara dan aman untuk koleksi. Selain itu, pencahayaan LED terarah akan digunakan untuk menonjolkan setiap objek pamer sehingga tampil lebih hidup dan mudah dipahami oleh pengunjung.
Perbaikan tata ruang juga menjadi bagian penting dari rencana ini, termasuk pembenahan ventilasi, penggantian jendela, serta pengaturan alur kunjungan yang lebih efisien. Upaya ini tidak hanya meningkatkan kenyamanan, tetapi juga mendukung konservasi pasif koleksi agar terjaga lebih baik.
Modernisasi juga dilakukan pada sisi konten melalui penyusunan ulang storyline kuratorial, pembaruan label koleksi dengan dua bahasa, serta penyediaan informasi yang lebih ringkas dan akurat.
“Kami ingin setiap pengunjung memahami konteks sejarah secara lebih jelas tanpa merasa terbebani oleh teks yang terlalu panjang,” tambahnya.
Museum juga akan dilengkapi media edukasi digital seperti layar interaktif, QR code, dan visual multimedia. Teknologi ini memungkinkan pengunjung menggali informasi lebih mendalam sesuai minat mereka.
“Ini adalah langkah agar museum lebih relevan bagi generasi muda yang terbiasa dengan teknologi,” ujarnya.
Dengan seluruh pembaruan tersebut, revitalisasi dirancang agar museum tampil lebih modern dari dalam tanpa mengubah karakter luar bangunan. Identitas Melayu tetap dipertahankan, sementara suasana ruang pamer dibuat lebih segar dan sesuai standar museum masa kini.
Secara keseluruhan, rencana besar ini menjadi pijakan agar Museum Sang Nila Utama dapat berkembang sebagai pusat kebudayaan yang lebih inklusif, edukatif, dan inspiratif.
“Kami berharap pembaruan ini membuat museum semakin dicintai masyarakat dan menjadi ruang belajar yang menyenangkan bagi generasi Riau,” tutupnya.