PEKANBARU (HALOBISNIS) - Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Pekanbaru dr Fira Septiyanti menyebut, sejak tahun 2000 hingga Juni 2025 tercatat 6.180 kasus HIV/AIDS di Pekanbaru.
Rinciannya, 3.592 kasus HIV dan 2.588 kasus AIDS. Meski begitu, Fira menjelaskan, tren kasus baru pada tahun ini mengalami penurunan dibanding tahun lalu.
“Tahun 2024 tercatat 438 kasus baru HIV, sedangkan hingga Juni 2025 ada 264 kasus. Untuk AIDS, tahun lalu 165 kasus baru, sementara tahun ini sampai pertengahan tahun ada 56 kasus,” jelas dr Fira, Kamis (28/8/2025).
Meski mengalami penurunan kasus dr Fira menegaskan, persoalan utama saat ini adalah kepatuhan penderita terhadap pengobatan. Dari 6.180 kasus kumulatif, hanya 2.500 orang yang secara rutin mengambil obat, sementara sisanya tidak melakukan pengobatan.
“Ini menjadi PR (Pekerjaan Rumah) besar kita, karena mereka tetap positif tetapi tidak mengambil obat,” katanya.
Berdasarkan profil kasus, mayoritas penderita adalah laki-laki, dengan rentang usia produktif 25 hingga 49 tahun. Sebagian besar bekerja di sektor swasta dan wiraswasta. Tahun ini tercatat enam orang meninggal dunia akibat HIV/AIDS.
Walikota Pekanbaru Agung Nugroho menyoroti rendahnya tingkat kepatuhan penderita HIV/AIDS dalam menjalani pengobatan.
Dari total kasus yang tercatat, baru sekitar 50 persen pengidap yang rutin mengambil obat. Kondisi ini, menurutnya, berpotensi menjadi ancaman serius di masa mendatang atau efek gunung es.
“Dari total pengidap HIV/AIDS, baru 50 persen yang ambil obat. Ini bisa jadi gunung es yang suatu waktu bisa meledak. Karena itu saya perintahkan seluruh OPD dan camat untuk berkoordinasi dalam penanganan kasus ini,” tegas Agung.
Walikota Agung menegaskan, Pemko Pekanbaru tidak bisa bekerja sendiri dan memerlukan dukungan lintas sektor serta partisipasi aktif masyarakat.
“Pemerintah serius menangani ini, tapi masyarakat juga harus sadar. Yang sudah terdeteksi positif wajib disiplin minum obat. Kalau tidak, dampaknya bukan hanya bagi dirinya, tapi juga bagi lingkungan,” pungkasnya.