PEKANBARU - Maulid Nabi Muhammad secara umum dirayakan oleh umat muslim pada 12 Rabiulawal, yakni bulan ketiga dalam kalender Hijriah. Seperti apa sejarah perayaan maulid Nabi Muhammad di seluruh dunia?
Rabiulawal merupakan salah satu bulan dalam kalender Islam, Hijriah. Kalender Hijriah menggunakan perhitungan pergerakan bulan, yang ditandai ketika bulan sabit pertama terlihat. Fenomena tersebut berlangsung 11 sampai 12 hari lebih pendek dari tahun matahari, yang digunakan dalam kalender Masehi.
Secara umum, umat muslim melakukan peringatan maulid nabi, meski terdapat juga kalangan yang tidak merayakannya. Kalangan umat muslim yang menolak memperingati maulid nabi beranggapan bahwa perayaan tersebut merupakan inovasi yang terlalu menekankan Nabi Muhammad sebagai manusia dan mengalihkan perhatiannya dari sumber wahyu Ilahi yang sebenarnya.
Baik umat muslim yang merayakan maupun tidak, syariat Islam menekankan bahwa masing-masing individu perlu bertoleransi dan menghargai pandangan kalangan lain. Di Indonesia, misalnya, peringatan maulid nabi dirayakan oleh mayoritas umat muslim dengan menghargai pandangan kalangan muslim yang tidak merayakan.
Umat muslim Indonesia yang merayakan maulid nabi berpandangan, cara hidup Nabi Muhammad Saw merupakan teladan yang patut diperingati. Kegembiraan dalam merayakan maulid nabi dilakukan dengan cara-cara yang santun dan tidak keluar dari syariat, seperti menyambutnya dengan ibadah, berselawat, hingga menggelar majelis-mejelis ilmu.
Adapun muslim global, biasanya merayakan maulid nabi dengan berbagai ekspresi perayaan. Ada yang merayakan maulid nabi di rumah, menghias masjid, makan bersama, dan mengadakan pertemuan secara besar-besaran.
Sejarah Perayaan Maulid Nabi Muhammad
Pada 1994, konferensi maulid nabi internasional pertama kali dilaksanakan di Chicago, llinois, Amerika Serikat, yang diselenggarakan oleh Yayasan Naqshbandiya untuk Pendidikan Islam (NFIE), yang berbasis di Peoria. Pada konferensi tersebut, sejumlah di ulama dan cendikiawan hadir.
Lebih dari 1.200 orang dari seluruh Amerika Utara dan luar negeri menghadiri konfrensi spiritual tersebut, yang bertema, "Cinta kepada Tuhan dan Nabinya". Konfrensi kedua yakni diadakan pada 1995 bertema “Aspek Spritual Islam".
Pada konferensi tersebut, para ulama terkemuka dan pemimpin sufi dari seluruh dunia, memberikan ceramah dan juga menuliskan puisi berisi renungan serta pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Keseluruhannya disampaikan melalui bahasa Arab, Farsi, Bosnia, Kurdi, dan Inggris.
Konferensi selanjutnya diadakan pada 2011. Pada konferensi tersebut digelar festival yang dipenuhi dengan acara yang berkaitan dengan maulid Nabi Muhammad yang diadakan di Inggris dan juga Pakistan.
Perayaan maulid Nabi Muhammad pada perjalanannya beralkulturasi dengan budaya muslim setempat. Perayaan maulid Nabi Muhammad tidak serta merta berkonsep Arab atau Timur Tengah.
Maulid nabi di Amerika, misalnya, beralkulturasi dengan budaya muslim Amerika dengan menambahkan unsur-unsur khas Amerika sebagai bagian dari perayaannya. Shane Atkitson dari Amerika Maulid Project memproduksi musik untuk memperkuat pujian terhadap Nabi Muhammad dalam gaya asli Amerika.
Lagu-lagunya yakni Soutern Selawat, Appalachian Selawat, memadukan unsur gaya musik southern, dan Appalachian dengan bertemakan tradisional Islam. Sedangkab Al-Burda Al-Sharif, melantunkan puisi dengan pujian kepada Nabi Muhammad yang paling populer yang kini telah di terjemahkan beberapa kali ke dalam bahasa Inggris, dari bahasa aslinya, bahasa Arab.
Organisasi seperti Celebrate Mercy dan Grand Mawlid berdedikasi untuk menyebarkan pesan maulid Nabi Muhammad sepanjang tahun dengan mengadakan konferensi, kelas kajian, dan acara dengan pertunjukan doa dan puisi bersama cendekiawan, seniman, dan aktivis muslim Amerika yang terkenal.