Pekanbaru - Bus Trans Putera Fajar yang mengalami kecelakaan di Subang Jawa Barat dan menyebabkan sebanyak 11 siswa SMK Lingga Kencana Depok, ternyata bekas bus yang beroperasi di Pekanbaru, Riau tahun 2006.
Terbongkarnya jejak bus study tour maut yang digunakan SMK Lingga Kencana Depok melalui YouTube Kang Dedi Mulyadi. Eks Bupati Purwakarta itu menelusuri jejak keberadaan bus PO Putera Fajar yang mengalami kecelakaan di Subang.
"Bolehkah anda jelaskan asal muasal bus yang digunakan PO Putera Fajar? Karena terlihat dari plat nomor kendaraan berasal dari Wonogiri," tanya Dedi Mulyadi kepada petugas penguji Kir dari Dinas Perhubungan Wonogiri, Rabu (15/4/2024).
Mendengar pertanyaan dari Dedi Mulyadi, petugas penguji kir dari Dinas Perhubungan Wonogiri itu mengatakan pertama kalinya bus beroperasi di Pekanbaru.
"Awalnya bus itu diproduksi tahun 2006 dan dibeli oleh salah satu perusahaan bus di Pekanbaru. Pertama kali, bus itu bukan berplat kuning melainkan berplat hitam," kata petugas penguji kir yang tak disebutkan namanya itu.
Kemudian, bus tersebut dibeli oleh PT. Hadi Jaya Guna yang berdomisili di Wonogiri untuk digunakan sebagai kendaraan transportasi tambahan.
"Setelah dari Pekanbaru, lalu bus itu dibeli oleh seseorang bernama Sudibyo. Bus dibeli untuk tambahan armada antar kota antar propinsi Wonogiri ke Solo (PP). Makanya, dimutasi ke Wonogiri termasuk STNK hingga plat kendaraan busnya," jelasnya lagi.
"Setelah dari Wonogiri, kemudian bus dijual ke Purwodadi. Informasi terakhir, di Purwodadi bus itu dijual lagi ke orang Depok. Setelah dari Depok, tidak diketahui lagi keberadaan bus itu," tuturnya.
Menurutnya, data yang tidak dimiliki tentang bus tersebut diakibatkan berakhirnya batas waktu uji kir, kelayakan hingga surat pelepasan kepemilikan bus tersebut.
"Setelah dibeli dari Pekanbaru, maka bus itu kita lakukan pengujian pada 6 Juni 2023, kemudian dalam perjalanannya sampai pada 6 Desember 2023 terjadi jual beli ke Purwodadi. Serta sudah ada pelepasan dari PT Hadi Jaya Guna dari Oktober 2023 ke Purwodadi, makanya bus itu tidak lagi dalam pengawasan Wonogiri karena sudah dijual ke Purwodadi. Ditambah semua batas waktunya sudah habis," lanjutnya.
"Kenapa masih berurusan dengan Wonogiri? Karena, nomor plat kendaraan bus hingga pajaknya masih tercatat di data Wonogiri," tukasnya.