Utang Luar Negeri Indonesia Naik 4,1 Persen pada Juli 2024 Jadi Rp 6.335 Triliun

Kamis, 19 September 2024 | 13:26:09 WIB

PEKANBARU - Bank Indonesia (BI) melaporkan nilai utang luar negeri Indonesia mencapai US$ 414,3 miliar (Rp 6.335 triliun) pada Juli 2024 atau naik 4,1% (year on year/yoy) dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Perkembangan utang luar negeri tersebut bersumber dari sektor publik, baik pemerintah maupun bank sentral.

“Posisi utang luar negeri pada Juli 2024 juga dipengaruhi faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk rupiah,” kata Kepala Departemen Komunikasi Erwin Haryono dalam keterangan resmi yang diterima pada Kamis (19/9/2024) dikutip Investor Daily. 

Erwin menjelaskan struktur utang luar negeri Indonesia tetap sehat, didukung penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Hal ini ditunjukkan dari rasio utang luar negeri Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) yang terjaga sebesar 30,2%, serta didominasi utang luar negeri jangka panjang dengan pangsa mencapai 84,9% dari jumlah utang luar negeri. 

BI menjelaskan utang luar negeri pemerintah pada Juli 2024 sebesar US$ 194,3 miliar, atau tumbuh sebesar 0,6% yoy setelah mencatatkan kontraksi pertumbuhan sebesar 0,8% (yoy) pada Juni 2024. Perkembangan utang luar negeri tersebut dipengaruhi oleh penarikan pinjaman luar negeri dan peningkatan aliran masuk modal asing pada surat berharga negara (SBN), seiring tetap terjaganya kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian Indonesia.

Utang luar negeri pemerintah tetap dikelola secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel untuk mendukung belanja, antara lain pada sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (20,9% dari jumlah utang luar negeri pemerintah), administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (18,9%), jasa pendidikan (16,8%), konstruksi (13,6%), serta jasa keuangan dan asuransi (9,4%).

Erwin mengatakan utang luar negeri swasta mencatat kontraksi pertumbuhan. Pada Juli 2024, posisi utang luar negeri swasta tercatat sebesar US$ 195,2 miliar, atau mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,1% (yoy), setelah mencatatkan pertumbuhan yang rendah pada Juni 2024. 

Terkini