Komunitas For Gajah Rahman Berlari di Riau Bhayangkara Run Sembari Serukan Usut Pembunuhan Gajah Penjaga Hutan

Komunitas For Gajah Rahman Berlari di Riau Bhayangkara Run Sembari Serukan Usut Pembunuhan Gajah Penjaga Hutan

PEKANBARU (HALOBISNIS) - Komunitas For Gajah Rahman mengikuti event lari Riau Bhayangkara Run yang diselenggarakan oleh Polda Riau pada 13 Juli 2025, dengan membawa simbol perjuangan: gajah Rahman, gajah Flying Squad Tesso Nilo yang tewas diracun dalam tugasnya menjaga hutan.

Lari sejauh 10 kilometer ini bukan sekadar partisipasi. Ini adalah aksi dedikatif untuk menagih keadilan atas kematian Rahman, yang hingga hari ini belum menemui titik terang meski telah berlangsung 1,5 tahun.

Rahman bukan sekadar gajah. Ia bagian dari pasukan penjaga hutan Elephant Flying Squad Taman Nasional Tesso Nilo, yang bertugas menangani konflik antara manusia dan gajah liar. Rahman telah menjadi bagian dari tim ini sejak tahun 2004. Selama 20 tahun, Rahman telah dipercaya dan dicintai tidak hanya sebagai ikon Taman Nasional Tesso Nilo, tapi juga sebagai rekan kerja dan sahabat seperjuangan. Namun, ketika ia dibunuh, tidak ada kejelasan siapa pelakunya.

“Kami berlari agar Rahman tidak dilupakan. Kami berlari untuk menagih keadilan,” ujar Fitriani, inisiator kampanye For Gajah Rahman.

Aksi ini telah menginspirasi puluhan pelari lain dari berbagai penjuru Indonesia, baik yang hadir langsung maupun yang berlari secara virtual untuk turut serta dalam Run for Rahman. Dan jumlahnya terus bertambah, empat pelari telah menyatakan dedikasinya untuk berlari di ajang Bromo Marathon dan ASN Marathon pada bulan Agustus nanti. Aktor sekaligus
produser, Chicco Jerikho, yang terus mendukung pengusutan keadilan untuk Rahman, juga berkomitmen untuk mendedikasikan larinya kepada Rahman.

‘Run For Rahman’ bukan sekadar ajang olahraga. Ini adalah bentuk kepedihan yang diubah menjadi aksi. Ini adalah suara dari warga biasa, bukan lembaga, bukan institusi, yang khawatir jika kasus Rahman dibiarkan begitu saja, ini akan menjadi preseden buruk.

Jika seekor gajah jinak yang terdaftar resmi sebagai bagian dari Taman Nasional saja bisa dibunuh tanpa kejelasan hukum, bagaimana nasib gajah-gajah dan satwa liar lainnya yang bahkan tidak punya nama?

"Kami sangat berharap kepada Bapak Kapolda Riau, yang selama ini sangat aktif menyuarakan kepedulian terhadap gajah dan hutan. Kepemimpinan dan komitmen Bapak sangat dibutuhkan untuk memastikan kasus ini tidak berakhir tanpa keadilan. Kami percaya, keadilan untuk Rahman adalah sinyal kuat bahwa kejahatan terhadap satwa liar tidak bisa lagi dibiarkan," cakapnya.

Lewat lari ini, For Gajah Rahman mengajak publik untuk tidak diam dan turut menyuarakan cerita Rahman untuk menunjukkan bahwa kejahatan terhadap satwa tidak boleh dianggap remeh.

For Gajah Rahman telah melakukan audiensi dengan Direskrimsus Polda Riau Satker IV, bersama pemerhati gajah, Chicco Jerikho pada 25 Maret 2024 menanyakan perkembangan proses penyidikan Rahman. Sebelumnya, komunitas ini juga telah menggalang petisi publik untuk mendukung proses penegakan hukum atas kasus Rahman yang mendapat 11.237 dukungan.

Berita Lainnya

Index