PEKANBARU - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau baru-baru ini merilis data ketenagakerjaan yang menunjukkan penurunan signifikan pada Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Riau. Berdasarkan laporan yang diterbitkan pada 5 November 2024, TPT pada Agustus 2024 tercatat sebesar 3,70 persen, mengalami penurunan 0,53 poin dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini menjadi kabar baik bagi pemerintah Riau, yang terus berupaya untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan menciptakan lapangan kerja baru.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Riau, H Boby Rahcmat, mengungkapkan rasa syukurnya atas penurunan TPT tersebut. Menurutnya, pencapaian ini tidak lepas dari berbagai program dan kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat di Riau. “Penurunan TPT ini merupakan kabar baik bagi kita semua. Ini menunjukkan bahwa upaya kita dalam menciptakan lapangan kerja baru mulai membuahkan hasil,” ujar Boby.
Namun, meskipun secara keseluruhan TPT mengalami penurunan, Boby juga mencatat adanya disparitas antara tingkat pengangguran laki-laki dan perempuan. TPT perempuan pada Agustus 2024 tercatat 4,62 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan TPT laki-laki yang hanya 3,21 persen.
Boby menekankan bahwa disparitas gender ini perlu mendapat perhatian lebih, terutama dalam meningkatkan partisipasi perempuan dalam dunia kerja. Program-program yang lebih inklusif dan berorientasi pada pemberdayaan perempuan diharapkan dapat lebih memperkecil kesenjangan tersebut. “Perbedaan ini menunjukkan bahwa kita perlu memberikan perhatian khusus pada upaya meningkatkan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja,” jelasnya.
Selain TPT, BPS juga merilis data terkait jam kerja penduduk yang bekerja. Pada Agustus 2024, rata-rata jam kerja penduduk yang bekerja tercatat mencapai 63,35 persen poin, yang menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk memiliki waktu kerja yang cukup produktif.
Namun, ada tren menarik yang ditemukan pada data pekerja paruh waktu, yang menunjukkan adanya peningkatan sebesar 27,75 poin dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti fleksibilitas kerja yang semakin diminati oleh masyarakat atau adanya perubahan pola konsumsi yang mempengaruhi preferensi terhadap pekerjaan paruh waktu.
Boby Rahcmat juga menambahkan bahwa penurunan TPT ini merupakan bukti dari sinergitas yang baik antara pemerintah dan seluruh stakeholder yang terkait. Upaya kolaborasi dalam menciptakan program-program pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kualitas tenaga kerja di Riau, dinilai telah mampu mengendalikan angka pengangguran dengan baik.
"Ini artinya kita bisa bersyukur bahwa angka TPT dapat terus kita kendalikan. Sinergitas kita bersama stakeholder yang ada telah mampu melaksanakan berbagai program yang efektif untuk menurunkan tingkat pengangguran terbuka," ungkapnya.
Dengan tren penurunan TPT yang positif ini, Pemprov Riau diharapkan dapat terus mempertahankan momentum tersebut. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, serta organisasi kemasyarakatan sangat penting untuk terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan memperluas akses pekerjaan yang layak bagi seluruh masyarakat.
Pencapaian ini menjadi bukti bahwa upaya peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja yang lebih baik mulai menunjukkan hasil yang nyata di Riau.