PEKANBARU - Harga minyak mentah turun pada Rabu (23/10/2024) setelah laporan terbaru menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah di Amerika Serikat (AS) meningkat lebih besar dari perkiraan. Namun, harga minyak berjangka masih mencatat kenaikan sekitar 2% sepanjang pekan ini karena pasar mempertimbangkan dampak dari konflik yang berlangsung di Timur Tengah.
Dilansit dari Reuters, minyak mentah Brent ditutup pada level US$ 74,96 per barel, turun US$ 1,08 atau 1,42%. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup paDA harga US$ 70,77 per barel, turun 97 sen atau 1,35%.
Pada pekan lalu, harga minyak sempat anjlok lebih dari 7% dipicu kekhawatiran akan menurunnya permintaan dari Tiongkok, serta meredanya risiko gangguan pasokan dari kawasan Timur Tengah. Meski demikian, pembelian kembali di dua hari pertama pekan ini berhasil mendongkrak harga minyak.
Persediaan minyak mentah AS naik 5,5 juta barel menjadi 426 juta barel pada pekan lalu. Angka ini jauh di atas proyeksi analis dalam survei Reuters, yang memperkirakan kenaikan hanya 270.000 barel.
"Lonjakan ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan impor minyak, yang terdorong oleh dampak badai," jelas Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates.
Kekhawatiran tentang konflik di Timur Tengah tetap menjadi faktor pendukung harga minyak. "Pasar masih menanti langkah Israel terhadap ancaman rudal dari Iran," kata analis ING. Kunjungan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, ke Israel juga belum menghasilkan kesepakatan.
Blinken mendesak penghentian konflik antara Israel dan kelompok militan Hamas serta Hizbullah. Namun, serangan udara Israel di Tyre, kota pelabuhan Lebanon, menandakan belum adanya tanda-tanda deeskalasi.
"Pasar memperkirakan konflik di Timur Tengah akan berlangsung lama. Negosiasi gencatan senjata mungkin mengalami kebuntuan," tutur Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar dari IG.