Harga Minyak Diprediksi Melonjak Imbas Ketegangan di Timur Tengah

Harga Minyak Diprediksi Melonjak Imbas Ketegangan di Timur Tengah

PEKANBARU - Harga minyak mengalami kenaikan pada pekan ini karena meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Iran meluncurkan rudal ke Israel, dan Israel mengancam akan melakukan serangan balasan. Kondisi ini berpotensi mengganggu distribusi minyak dari wilayah tersebut.

Dilansir dari AP, Minggu (6/10/2024), harga minyak melonjak lebih dari US$ 6  per barel pada pada pekan ini. Ketegangan di Timur Tengah saat ini mengingatkan pada embargo minyak yang terjadi saat perang Yom Kippur pada 1973, yang menyebabkan harga minyak melonjak empat kali lipat.

Namun, kondisi pasokan minyak dunia sudah jauh berubah sejak 1970-an. Amerika Serikat kini menjadi produsen minyak terbesar di dunia. Ketegangan antara Israel, Hamas, dan Hizbullah yang didukung Iran tidak banyak memengaruhi harga minyak bagi OPEC dan 12 negara produsen minyak lainnya. Pasar baru bereaksi signifikan apabila terjadi konflik langsung antara Israel dan Iran.

Iran memproduksi 3,99 juta barel minyak per hari, atau sekitar 4% dari produksi global. Sebagai perbandingan, Arab Saudi memproduksi sekitar 9 juta barel per hari. Hingga pertengahan tahun ini, Iran mengekspor sekitar 2 juta barel minyak per hari.

Fasilitas ekspor utama Iran, seperti Terminal Kharg di Teluk Persia, bisa menjadi target serangan Israel. Terminal ini berperan penting dalam pengiriman minyak mentah ke luar negeri, terutama ke negara-negara Asia, termasuk China.

Tom Kloza, kepala analis energi global di Oil Price Information Service, menyatakan harga minyak mungkin akan mendekati titik tertinggi. Namun, untuk prospek jangka panjangnya akan lebih rendah.

"Mungkin Brent bisa menyentuh angka US$ 80 per barel atau lebih tinggi," kata Tom Kloza.

 


 

Berita Lainnya

Index