Harga Minyak Mentah Catat Penurunan Mingguan

Harga Minyak Mentah Catat Penurunan Mingguan

PEKANBARU - Harga minyak mentah menguat pada akhir pekan ini atau Jumat (27/9/2024), tetapi mencatat penurunan mingguan karena para investor menimbang ekspektasi pasokan global yang lebih tinggi dengan kebijakan stimulus baru dari China sebagai importir utama minyak mentah.

Dilansir dari Reuters, harga minyak mentah Brent naik 38 sen atau 0,53%, menjadi US$ 71,89 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat naik 51 sen atau 0,75%, menjadi US$ 68,18 per barel.

Namun, secara mingguan, Brent merosot sekitar 3%, sedangkan WTI turun sekitar 5%.

Pada Jumat, bank sentral China memangkas suku bunga dan menyuntikkan likuiditas ke sistem perbankan guna mengembalikan pertumbuhan ekonomi ke target tahunan sekitar 5%.

"Terlepas dari stimulus agresif dari China, kekhawatiran kelebihan pasokan akibat rencana OPEC untuk mengembalikan produksi telah menekan harga," tulis para analis di Aegis Hedging.

Organisasi negara pengekspor minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, akan tetap melanjutkan rencana peningkatan produksi sebesar 180.000 barel per hari setiap bulan mulai Desember 2024.

Laporan Financial Times pada Rabu menyebutkan, peningkatan produksi tersebut didorong oleh keputusan Arab Saudi yang mengabaikan target harga minyak US$ 100 per barel dan fokus pada peningkatan pangsa pasar. Namun, pihak Arab Saudi berulang kali membantah menetapkan target harga tertentu, dan sumber dari kelompok tersebut menyampaikan kepada.

Di AS, beberapa operator mulai melanjutkan operasi di Teluk Meksiko setelah Badai Helene menerjang Florida pada Kamis malam. Kerusakan yang ditimbulkan oleh badai, yang merupakan badai ketujuh terkuat yang pernah menghantam Florida, diperkirakan akan mengurangi permintaan bahan bakar di negara bagian tersebut.

"Dampak badai akan menekan permintaan, karena sebagian besar wilayah yang terkena dampak mengalami kerusakan cukup signifikan," ujar John Kilduff, mitra di Again Capital, New York.

Di sisi lain, ketegangan yang meningkat di Timur Tengah dapat menimbulkan risiko terhadap stabilitas pasokan minyak mentah global.

Berita Lainnya

Index