Status Gunung Marapi Sumbar Naik Jadi Siaga

Rabu, 10 Januari 2024 | 10:13:18 WIB

Pekanbaru - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Hendra Gunawan, mengatakan status Gunung Marapi Sumatra Barat naik dari level II (siaga) menjadi level III (waspada). Kenaikan status ini menurut Hendra terhitung mulai hari ini, Selasa (9/1/2024) pukul 18.00 WIB.

 

"Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh maka tingkat aktivitas Gunung Marapi dinaikkan dari Level II menjadi Level III terhitung dari tanggal 9 Januari 2024 pukul 18.00 WIB," kata Hendra.

Hendra menjelaskan pascaerupsi pada 3 Desember 2023, lalu erupsi lanjutan Gunung Marapi masih berlangsung hingga saat ini. Jumlah erupsi harian cenderung menurun namun sebaliknya jumlah gempa Low Frequency dan Vulkanik Dalam (VA) cenderung meningkat yang mengindikasikan pasokan magma dari kedalaman masih terjadi dan cenderung meningkat.

 

Hal ini kata Hendra juga terlihat dari grafik baseline RSAM yang masih di atas normal dan data tiltmeter yang cenderung mendatar. Adanya aktivitas erupsi yang teramati secara visual dan masih terekamnya gempa erupsi dan gempa hembusan yang disertai dengan tremor menerus menunjukkan aktivitas Gunung Marapi masih tergolong tinggi.

"Data dari satelit Sentinel juga menunjukkan bahwa laju emisi (fluks) gas SO2 yang dihasilkan dari aktivitas Gunung Marapi saat ini tergolong tinggi. Kehadiran magma di dalam/dasar kawah yang terindikasi sejak teramatinya pancaran sinar api di puncak Gunung Marapi pada tanggal 6 Desember 2023 malam hari dan teramatinya lontaran material pijar pada erupsi-erupsi berikutnya menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan tipe erupsi/letusan dari tipe freatik menjadi tipe magmatik," ucap Hendra.

Kondisi tersebut dapat berpotensi menyebabkan terjadinya akumulasi tekanan di dalam tubuh gunungapi yang dapat menyebabkan terjadinya erupsi dengan energi yang meningkat dan jangkauan lontaran material pijar yang lebih jauh dari pusat erupsi. Oleh karena itu potensi ancaman bahaya Gunung Marapi juga dapat menjadi lebih luas.

Yaitu jika pasokan magma dari kedalaman terus berlangsung dan cenderung meningkat maka erupsi dapat terjadi dengan energi yang lebih besar dengan potensi ancaman bahaya dari lontaran material vulkanik berukuran batu , lapili, atau pasir diperkirakan dapat menjangkau wilayah radius 4,5 km dari pusat erupsi atau Kawah Verbeek. Sedangkan untuk ancaman dari abu erupsi dapat menyebar lebih luas yang tergantung pada arah dan kecepatan angin.

"Material erupsi yang jatuh dan terendapkan di bagian puncak dan lereng Gunung Marapi dapat menjadi lahar saat bercampur dengan air hujan. Oleh karena itu terdapat potensi bahaya dari aliran banjir lahar pada lembah aliran sungai-sungai yang berhulu di bagian puncak Gunung Marapi. Lalu terdapat potensi bahaya dari gas-gas vulkanik beracun seperti gas CO2, CO, SO2, dan H2S di area kawah atau puncak Gunug Marapi," ujar Hendra.

Hendra mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Marapi agar tidak memasuki dan tidak melakukan kegiatan di dalam wilayah radius 4,5 km dari pusat erupsi (Kawah Verbeek) Gunung Marapi. Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah bantaran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi diminta agar selalu mewaspadai potensi dan ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan.

"Jika terjadi hujan abu maka masyarakat diimbau untuk menggunakan masker penutup hidung dan mulut untuk menghindari gangguan saluran pernapasan (ISPA), serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit. Selain itu agar mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang tebal agar tidak roboh," kata Hendra menambahkan.

Terkini