Rakyat Israel Demo Netanyahu, Tuntut Akhiri Perang Gaza!

Senin, 18 Agustus 2025 | 07:45:00 WIB

ISRAEL (HALOBISNIS)  - Ratusan ribu orang turun ke jalan di Israel pada Ahad (17/8/2025), mereka menuntut diakhirinya perang Gaza serta kesepakatan yang dapat menjamin pembebasan para sandera yang masih ditahan Hamas.

Kerumunan terbesar terlihat di “Lapangan Sandera” Tel Aviv, di mana para penyelenggara menyatakan rencana pemerintah untuk menguasai Kota Gaza justru membahayakan nyawa sekitar 20 sandera yang masih hidup di tangan Hamas. Seperti dilansir dari bbc.com, Senin (18/8/2025). 

Sebagai bagian dari protes yang lebih luas, aksi mogok nasional sehari penuh melumpuhkan jalan, kantor, dan universitas di sejumlah wilayah. Polisi melaporkan hampir 40 orang ditangkap selama aksi tersebut.

Kritik Pemerintah Israel

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengecam aksi protes tersebut. Menurutnya, demonstrasi hanya akan “memperkeras sikap Hamas” dan memperlambat proses pembebasan sandera.

Menteri Keuangan Israel dari sayap kanan, Bezalel Smotrich, bahkan menyebut aksi itu sebagai “kampanye berbahaya yang menguntungkan Hamas”.

Namun, keluarga para sandera tetap mendesak adanya kesepakatan dan penghentian perang. Einav Zangauker, ibu dari sandera bernama Matan, menegaskan bahwa kelompok keluarga sandera menuntut “kesepakatan yang komprehensif, dapat dicapai, serta diakhirinya perang.”

“Kami menuntut apa yang menjadi hak kami – anak-anak kami,” katanya di hadapan massa. “Pemerintah Israel telah mengubah perang yang adil menjadi perang yang sia-sia.”

Pernyataan emosional itu disampaikan setelah sebuah video yang menampilkan putranya dirilis.

“Hatiku terbakar oleh kerinduan. Matan, aku dan seluruh bangsa melakukan segala yang kami bisa untukmu – untuk semua sandera,” ujarnya dengan suara bergetar.

Protes besar ini berlangsung sepekan setelah kabinet perang Israel memutuskan untuk menduduki Kota Gaza dan menggusur penduduknya—langkah yang dikecam oleh Dewan Keamanan PBB.

Serangan udara Israel yang tiada henti di distrik Zeitoun, selatan Kota Gaza, telah menciptakan situasi yang digambarkan otoritas setempat sebagai “bencana kemanusiaan”. Badan pertahanan sipil Gaza melaporkan sedikitnya 40 korban jiwa pada Sabtu lalu akibat bombardir.

Hamas menyebut Israel melancarkan serangan berkelanjutan di wilayah timur dan selatan Kota Gaza, khususnya Zeitoun.

Sementara itu, militer Israel menyatakan akan kembali mengizinkan badan-badan bantuan mengirimkan tenda ke Gaza. “Sebagai bagian dari persiapan pemindahan penduduk dari zona pertempuran ke Jalur Gaza selatan demi perlindungan mereka, pasokan tenda dan peralatan perlindungan ke Gaza akan dilanjutkan,” ujar lembaga militer Israel, COGAT.

Israel sendiri berencana memindahkan paksa satu juta orang dari Kota Gaza ke kamp pengungsian di selatan, meski belum ada jadwal pasti kapan pasukannya akan memasuki kota tersebut. Netanyahu disebut menginginkan seluruh Kota Gaza berada di bawah kendali Israel mulai 7 Oktober mendatang.

Krisis Kemanusiaan

Menurut data PBB, sedikitnya 1,9 juta orang—sekitar 90% populasi Gaza—telah mengungsi sejak perang pecah. Laporan terbaru badan internasional itu juga memperingatkan adanya malnutrisi meluas dan risiko “skenario terburuk” kelaparan di Jalur Gaza.

Perang Gaza bermula dari serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya.

Sebagai balasan, Israel melancarkan operasi militer besar-besaran yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 61.000 warga Palestina, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza yang dianggap kredibel oleh PBB.

Terkini