(HALOBISNIS) - Sistem pertahanan udara Israel, Iron Dome, selama ini dikenal sebagai salah satu teknologi pencegat rudal paling canggih di dunia karena kemampuannya.
Namun, dalam beberapa hari terakhir, sistem ini menjadi sorotan setelah beberapa rudal Iran berhasil menembus pertahanan dan menghantam Tel Aviv, termasuk kawasan sensitif seperti Distrik Kirya, markas Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan Kementerian Pertahanan.
Serangan ini merupakan balasan atas agresi Israel terhadap sejumlah wilayah Iran pada pekan sebelumnya. Iran tak tinggal diam dan meluncurkan gelombang serangan balasan sebagai bentuk "hukuman" terhadap negeri zionis.
Menurut laporan, rudal Iran mengenai sasaran strategis, termasuk pangkalan militer dan area vital lainnya. Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan besar, mengapa Iron Dome Israel bisa kebobolan?
Kecanggihan dan Kelemahannya Iron Dome
Iron Dome dirancang untuk mencegat rudal yang mengancam wilayah berpenduduk dan infrastruktur penting. Dengan klaim tingkat keberhasilan hingga 90%, sistem ini telah mencegat ribuan rudal sejak pertama kali digunakan. Namun, para ahli pertahanan menyebut bahwa tidak ada sistem pertahanan yang sempurna.
Serangan bertubi-tubi dengan volume tinggi, seperti yang dilakukan Iran, memang bisa membuat sistem ini kewalahan. Apalagi ketika serangan dilakukan dengan taktik canggih dan terkoordinasi, melibatkan berbagai jenis rudal dan drone.
Ini membuat sistem pertahanan Israel tidak hanya harus mengandalkan Iron Dome, tetapi juga sistem lainnya seperti David's Sling dan Arrow.
Taktik Iran untuk Menembus Pertahanan
Menurut laporan dari The Kyiv Independent, Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) mengeklaim telah menggunakan metode baru untuk mengelabui sistem pertahanan udara Israel.
Mereka menyebut rudal-rudalnya dipandu agar membuat rudal pencegat Israel saling bertabrakan, menciptakan kekacauan dalam sistem terpadu yang terdiri dari Iron Dome, David's Sling, dan Arrow.
Lebih dari itu, Iran menggunakan kombinasi rudal balistik berkecepatan tinggi dan drone kamikaze, seperti Shahed, yang dikenal sulit dideteksi dan dicegat.
Kecepatan rudal balistik yang bisa mencapai lebih dari 3.200 km/jam menjadikannya sangat sulit untuk di adang, terutama saat mendekati target dalam jumlah besar secara bersamaan.
Ketidaksempurnaan Sistem
Militer Israel sendiri mengakui bahwa sistem pertahanannya dirancang untuk melindungi area padat penduduk dan target vital, bukan untuk mencegat setiap ancaman yang masuk.
Artinya, rudal yang diprediksi akan jatuh di area kosong sering kali dibiarkan lewat tanpa dicegat. Namun, kenyataan bahwa beberapa rudal menghantam daerah strategis seperti Kirya menunjukkan adanya potensi overload atau kegagalan dalam prediksi ancaman.
Analis militer Malcolm Davis dari Australian Strategic Policy Institute menekankan bahwa jumlah rudal pencegat Iron Dome terbatas. Maka dari itu, strategi terbaik untuk menjebolnya adalah dengan membanjiri sistem dengan ratusan proyektil secara bersamaan.
Kebobolan Iron Dome dalam menghadapi serangan rudal Iran tidak sepenuhnya berarti sistem ini gagal. Sebaliknya, ini menunjukkan betapa kompleks dan canggihnya taktik serta teknologi yang digunakan dalam konflik modern.