Pekanbaru - Di saat budaya hiruk pikuk merajalela yang seringkali menimbulkan ketidakpuasan dan kelelahan bagi banyak orang di tempat kerja, perusahaan Pang Dong Lai di Cina menawarkan cuti bagi karyawan ketika merasa tidak bahagia. Kebijakan baru ini diumumkan oleh taipan retail Cina Yu Donglai untuk karyawannya. Menurut dia, aturan tersebut bertujuan untuk menciptakan keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik, menurut laporan South China Morning Post (SCMP).
Yu Donglai, Pendiri dan Pimpinan Pang Dong Lai, baru-baru ini menyampaikan bahwa karyawannya yang merasa kewalahan atau tidak bahagia bisa meminta cuti selama 10 hari. Jatah cuti tidak bahagia ini terpisah dari hak cuti tahunan selama 20 hingga 40 hari dan libur akhir pekan.
"Semua orang punya masa-masa di mana mereka tidak bahagia, jadi jika Anda tidak bahagia, jangan masuk kerja. Cuti ini tidak bisa ditolak oleh manajemen. Penolakan adalah sebuah pelanggaran," kata taipan Yu Donglai, sesuai laporan dikutip dari Times of India, Selasa, 16 April 2024.
Yu Donglai lebih lanjut mengatakan, "Kami ingin karyawan kami memiliki kehidupan yang sehat dan santai, sehingga perusahaan juga. Kebebasan dan cinta kasih sangatlah penting. "
Perlu dicatat bahwa dalam survei tahun 2021 tentang kecemasan di tempat kerja di Cina, lebih dari 65 persen karyawan di negara tersebut melaporkan merasa lelah atau tidak bahagia di tempat kerja.
Langkah yang dilakukan Donglai di perusahaannya ini tidak hanya menjadi hit di kalangan warga negara Cina di media sosial mereka seperti Weibo, tetapi juga di antara orang-orang di negara lain. Banyak yang memuji pendekatan progresif Donglai dalam mencapai keseimbangan kehidupan kerja dan kehidupan alias work life-balance yang lebih baik, terutama di saat stres dan masalah kesehatan mental menjadi topik penting yang sedang dibicarakan.
Sementara itu, ini bukan pertama kalinya Donglai mengambil langkah untuk menciptakan tempat kerja dan keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik. Dia juga mengecam kerja lembur. “Membuat staf bekerja lembur adalah tindakan yang tidak etis dan merupakan perampasan peluang orang lain untuk berkembang,” katanya.