(HALOBISNIS) - Harga emas dunia diperkirakan masih akan melanjutkan tren kenaikan sepanjang tahun ini, seiring meningkatnya ketidakpastian geopolitik dan pelemahan dolar Amerika Serikat (AS).
Analis ANZ memproyeksikan risiko makroekonomi dan geopolitik akan semakin tinggi pada paruh kedua 2025, memperkuat daya tarik emas sebagai aset lindung nilai.
"Prospek bullish emas tetap terjaga, didukung oleh potensi kenaikan tarif, perlambatan ekonomi global, pelonggaran kebijakan moneter AS, dan lemahnya dolar AS," tulis ANZ dalam risetnya, dikutip dari Reuters, Sabtu (16/8/2025).
Pada perdagangan Jumat (15/8/2025), harga emas dunia tercatat stabil, tetapi melemah dalam sepekan. Harga emas spot berada pada level US$ 3.336,6 per troi ons, nyaris tak berubah, tetapi turun 1,8 persen sepanjang pekan. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS berakhir mendatar di US$ 3.382,6 per troi ons.
Pelemahan dolar AS membuat komoditas berbasis dolar lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lain. Namun, data produsen AS yang dirilis Kamis (14/8/2025) menunjukkan lonjakan tertinggi dalam tiga tahun terakhir, mempersempit peluang pemangkasan suku bunga Federal Reserve.
Pasar kini memperkirakan peluang pemotongan suku bunga 25 basis poin pada September 2025 sebesar 89,1 persen, turun dari sekitar 95 persen sebelum data dirilis.
"Meski harga emas stabil pada Jumat, tekanan bisa kembali muncul tergantung hasil pertemuan puncak antara Trump dan Putin di Alaska," kata analis riset senior FXTM, Lukman Otunuga.
Pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang disebut Trump sebagai "high-stakes summit", akan membahas kesepakatan gencatan senjata di Ukraina. Situasi ini dinilai berpotensi memengaruhi pergerakan emas dalam waktu dekat.
Untuk logam mulia lainnya, harga perak spot turun 0,1 persen menjadi US$ 37,96 per troi ons dan melemah 1 persen sepanjang pekan. Platinum merosot 1,5 persen ke US$ 1.336,80, sementara paladium anjlok 2,6 persen menjadi US$ 1.116,52.