PEKANBARU - Wakil Gubernur Riau (Wagubri), SF Hariyanto, mengungkapkan penyebab utama defisit anggaran yang dialami Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau pada tahun 2025, yang mencapai angka sekitar Rp2,2 triliun. Menurutnya, defisit ini terjadi karena ketidaksesuaian antara pendapatan dan belanja daerah dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). “Defisit ini disebabkan antara penerimaan dengan pengeluaran tidak sesuai, karena penerimaan tidak tercapai,” ungkap SF Hariyanto, Senin (17/3/2025).
Salah satu penyebab utama adalah penurunan pendapatan dari Participating Interest (PI) Blok Rokan, yang sebelumnya diproyeksikan mencapai Rp1,6 triliun, namun realisasinya di tahun 2024 hanya sekitar Rp200 miliar. Penurunan ini terjadi karena PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) sedang melakukan percepatan produksi migas hingga target 1 juta barel per hari, sehingga sebagian besar dana dialihkan ke biaya operasional. “Dengan biaya operasional yang sangat tinggi, maka dividen yang seharusnya masuk ke daerah menjadi sangat kecil. Karena itu, PI yang diproyeksikan Rp1,6 triliun hanya terealisasi Rp200 miliar,” jelasnya.
Selain itu, Dana Bagi Hasil (DBH) dari pemerintah pusat yang belum seluruhnya dikucurkan ke daerah juga memperparah kondisi anggaran. Jika dana tersebut masuk tepat waktu, SF Hariyanto yakin defisit bisa ditekan.“Kalau uang ini masuk, kan bisa tertutupi. Tapi ternyata yang direncanakan belum masuk dari pusat,” tambahnya.
Penyebab lainnya berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), khususnya dari sektor Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang hanya tercapai sekitar 80 persen, meskipun telah dilakukan berbagai upaya intensifikasi.
Meski demikian, Wagubri menegaskan bahwa kondisi defisit ini bukanlah sesuatu yang perlu terlalu dikhawatirkan. Ia yakin dengan kerja sama yang solid, Pemprov Riau akan mampu mengatasi situasi ini. “Kita akan cari formulasi untuk mengatasi defisit ini, baik melalui efisiensi anggaran maupun mengalihkan anggaran dari kegiatan yang tidak strategis ke program yang menyentuh langsung masyarakat,” pungkasnya optimis.