PEKANBARU - Harga emas turun pada perdagangan Senin (29/7/2024). Penurunan ini terjadi karena tertekan dolar Amerika Serikat (AS) yang naik ke level tertinggi lebih dari dua minggu.
Selain itu, pasar juga menantikan pertemuan kebijakan The Fed pada minggu ini untuk mendapatkan petunjuk tentang kemungkinan pemangkasan suku bunga.
Melansir CNBC International, Selasa (30/7/2024), harga emas spot turun 0,1% menjadi US$ 2.382,40 per ons. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS untuk pengiriman Agustus turun 0,1% menjadi US$ 2.379,9.
"Dolar AS menguat dan kami mendapatkan data dari China yang menunjukkan konsumsi emas di sana menurun, jadi ini merupakan hal yang negatif," kata analis Marex Edward Meir.
Dolar AS naik sekitar 0,3% ke level tertinggi lebih dari dua minggu terhadap mata uang rivalnya, membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Konsumsi emas di China, sebagai pengguna terbesar dunia turun sebesar 5,6% pada paruh pertama 2024. Hal ini terjadi seiring penurunan permintaan perhiasan emas. Namun, pembelian emas batangan dan koin melonjak.
Sementara itu, pasar berspekulasi bahwa The Fed akan memberikan sinyal untuk pemangkasan suku bunga pada September dalam pertemuan kebijakan pada Rabu (31/7/2024).
"Jika The Fed mengonfirmasi sikap dovish, prediksi bisa meningkat hingga kemungkinan tiga kali pemangkasan sebelum akhir tahun," kata analis pasar Forex.com Fawad Razaqzada.
Dewan Emas Dunia menyebut, ETF emas mengalami arus masuk bersih sebesar 9,8 metrik ton minggu lalu. Dengan demikian, selama tiga bulan berturut-turut ETF emas mencatatkan arus masuk bersih, dan sepanjang Juli terdapat sebanyak 39 ton.
Sedangkan harga logam mulia lainnya, yaitu perak spot turun 0,2% menjadi US$ 27,83 per ons. Platinum naik 1,8% menjadi US$ 952,35 dan paladium menguat 0,6% menjadi US$ 905,06.