Industri Hotel di Indonesia Lebih Lesu dari Masa Pandemi, Ancaman PHK Bayangi Ribuan Pekerja

Sabtu, 19 April 2025 | 10:14:41 WIB

PEKANBARU - Sekretaris Jenderal DPP Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA), Nawawi Halik, mengungkapkan bahwa kondisi bisnis hotel di Indonesia saat ini mengalami kemerosotan yang mengkhawatirkan. Bahkan, menurutnya, situasi yang terjadi di awal tahun 2025 ini lebih parah dibandingkan masa pandemi Covid-19 dalam hal pendapatan.

"Jika dibandingkan antara Januari 2024 dan Januari 2025, tingkat okupansi hotel menurun hampir 15%. Februari turun 20%, dan Maret hampir mencapai 29%," ungkap Nawawi dalam program Investor Daily Talk, Jumat (18/4/2025).

Temuan tersebut berdasarkan survei internal IHGMA terhadap 500 hotel, resor, dan vila yang tersebar di 24 provinsi di Indonesia. Penurunan tingkat hunian ini diperparah dengan turunnya average daily rate (ADR) atau harga rata-rata kamar hotel yang secara nasional turun hampir 6%.

Ironisnya, kemerosotan ini terjadi pada periode Maret–Mei yang seharusnya menjadi peak season bagi industri perhotelan.

"Biasanya Maret itu masa liburan di Bali dan termasuk high season, tetapi sekarang kondisinya sangat berbeda. Kunjungan sepi, okupansi anjlok," ujar Nawawi.

Situasi ini membuat pengusaha hotel terpaksa mengambil langkah efisiensi seperti pengurangan jam kerja dan bahkan merumahkan karyawan. Ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) pun menjadi momok nyata di berbagai daerah.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Malang, Agus Basuki, turut menyoroti bahwa kebijakan efisiensi anggaran pemerintah di bawah Presiden Prabowo Subianto turut memberikan tekanan tambahan terhadap sektor hotel dan restoran.

"Kalau efisiensi ini terus berlanjut tanpa solusi konkret dari pemerintah, maka banyak usaha hotel yang akan gulung tikar. Ini bukan hanya soal ekonomi, tapi juga menyangkut masalah sosial akibat meningkatnya angka pengangguran," kata Agus.

Agus juga menyebut, meskipun saat ini sedang terpuruk, industri hotel dan restoran di Kota Malang menyumbang lebih dari Rp200 miliar terhadap pendapatan asli daerah (PAD) per tahun. Untuk itu, PHRI bersama DPRD dan Pemkot Malang tengah menyiapkan sejumlah program pariwisata unggulan guna mendongkrak kunjungan wisatawan dan menyelamatkan industri perhotelan dari keterpurukan.

Terkini