PEKANBARU - Korban tewas akibat gempa dahsyat yang melanda Myanmar terus bertambah, dengan laporan terbaru menyebutkan sebanyak 2.719 orang meninggal dunia. Bencana ini memperparah krisis kemanusiaan yang telah melanda negara tersebut akibat perang saudara.
Dalam perkembangan terbaru, seorang wanita berusia 63 tahun berhasil diselamatkan dari reruntuhan di ibu kota Myanmar pada Selasa (1/4/2025) pagi, setelah 91 jam terperangkap. Namun, para ahli memperingatkan bahwa peluang menemukan korban selamat semakin kecil setelah 72 jam pertama pascagempa.
Kepala pemerintahan militer Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, menyebutkan bahwa hingga saat ini 4.512 orang dilaporkan terluka dan 441 orang masih dinyatakan hilang. Gempa berkekuatan 7,7 dan 6,4 magnitudo yang terjadi pada Jumat (28/3/2025) disebut sebagai gempa terkuat kedua dalam sejarah Myanmar, setelah gempa di Mandalay tahun 1912.
Situasi di lapangan semakin sulit, dengan aliran listrik yang terputus, jaringan telekomunikasi terganggu, dan banyak jalan serta jembatan yang lumpuh. Wilayah Mandalay dan Naypyitaw menjadi area paling terdampak.
Badan pemadam kebakaran Myanmar melaporkan telah menyelamatkan 403 orang di Mandalay, sementara 259 jenazah ditemukan. Salah satu tragedi besar menimpa sebuah biara, di mana 50 biksu Buddha tewas dan 150 lainnya masih terkubur.
Kerusakan struktural akibat gempa juga tercatat masif. WHO melaporkan lebih dari 10.000 bangunan rusak. Bahkan, gedung-gedung tinggi yang masih dalam tahap konstruksi di Thailand runtuh, menyebabkan 21 orang tewas dan 34 lainnya luka-luka, terutama di Bangkok.
Upaya penyelamatan di Myanmar banyak terhambat karena kurangnya alat berat, sehingga di beberapa lokasi relawan membentuk rantai manusia untuk mengangkat reruntuhan dengan tangan kosong. Meski demikian, beberapa kisah penyelamatan heroik muncul, termasuk penyelamatan seorang anak berusia lima tahun dan seorang perempuan hamil.
Tim bantuan dari berbagai negara seperti Tiongkok, Rusia, India, Uni Emirat Arab, dan negara-negara Asia Tenggara sudah tiba untuk membantu. Sejumlah negara juga telah menjanjikan bantuan materiil senilai jutaan dolar untuk mendukung operasi penyelamatan dan pemulihan di Myanmar.